Renungan Harian, Kamis, 25 Desember 2025 – Perayaan Natal
Bacaan I: Yesaya 52:7–10
Bacaan II: Ibrani 1:1–6
Bacaan Injil: Yohanes 1:1–18
Tema: Yesus Hadir untuk Menyelamatkan Keluarga
Semalam kita telah merayakan Perayaan Malam Natal dengan penuh sukacita. Gereja bergema oleh nyanyian para malaikat dan para gembala: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi.” Sukacita itu lahir karena kita percaya: Sang Penyelamat telah datang ke dunia untuk menebus dosa manusia. Hari ini, dalam Perayaan Natal, kegembiraan itu tidak berhenti, tetapi justru semakin diperdalam.
Dalam Injil hari ini, Santo Yohanes mengajak kita masuk ke dalam misteri Natal yang paling mendalam: “Sabda telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita.” (Yoh 1:14). Inkarnasi bukanlah peristiwa kebetulan, bukan pula kejadian mendadak. Ia adalah rancangan agung Allah yang telah dipersiapkan sejak awal sejarah keselamatan—sejak panggilan Abraham, perjalanan bangsa Israel, hingga kepenuhannya dalam diri Yesus Kristus.
Allah sungguh mengenal penderitaan manusia, termasuk penderitaan dalam kehidupan keluarga. Allah tahu rapuhnya relasi, luka-luka batin, konflik, kekerasan, ketidaksetiaan, kemiskinan, dan kegelisahan yang sering dialami keluarga-keluarga zaman ini. Karena itu Allah tidak tinggal diam. Ia datang sendiri, menjadi manusia, lahir dalam sebuah keluarga sederhana, dan hidup di tengah realitas manusiawi.
Yesus tidak lahir di istana, tetapi di palungan. Ia dibesarkan dalam keluarga Nazaret—keluarga yang sederhana, taat, dan penuh kasih. Dengan cara itu, Allah menegaskan bahwa keluarga adalah tempat pertama keselamatan itu dialami. Kehadiran Yesus adalah tanda bahwa Allah tidak mau manusia—dan keluarga-keluarga—hilang dan binasa. Allah menghendaki agar setiap keluarga mengalami keselamatan, damai, dan sukacita sejati.
Nabi Yesaya dalam bacaan pertama berkata: “Betapa indahnya kedatangan pembawa kabar baik.” (Yes 52:7). Natal adalah kabar baik bagi dunia, terutama bagi keluarga yang sedang letih, terluka, dan hampir putus asa. Dalam Kristus, Allah berkata kepada kita: “Aku besertamu. Aku tidak meninggalkanmu.”
Penulis Surat kepada Orang Ibrani menegaskan bahwa melalui Putera-Nya, Allah berbicara secara langsung kepada manusia. Yesus adalah wajah Allah yang penuh kasih, yang datang bukan untuk menghakimi, tetapi menyelamatkan dan memulihkan. Ia rela menderita, wafat, dan bangkit demi keselamatan kita semua.
Maka, Natal hari ini mengajak kita untuk menyadari betapa besar kasih Allah itu. Kesadaran ini menuntun kita pada sikap syukur. Kita diajak mensyukuri kehidupan, mensyukuri keluarga, dan mensyukuri setiap pribadi yang Tuhan hadirkan dalam hidup kita—apa pun kondisi dan keterbatasannya. Syukur adalah tanda iman; syukur adalah bentuk penghargaan terhadap anugerah hidup yang Tuhan percayakan kepada kita.
Lebih dari itu, Natal juga mengundang kita untuk menjadi pewarta kasih Allah. Kita mewartakan kelahiran Kristus bukan hanya lewat kata-kata, tetapi terutama melalui sikap hidup: saling mengampuni dalam keluarga, saling mendengarkan, saling menguatkan, dan saling mencintai tanpa pamrih. Di situlah Yesus sungguh hadir dan bekerja.
Semoga kelahiran Kristus hari ini memperbarui keluarga-keluarga kita. Semoga Dia menyembuhkan yang terluka, mendamaikan yang retak, menguatkan yang lemah, dan menyalakan kembali harapan yang hampir padam. Kiranya sukacita Natal menuntun kita untuk saling menyapa sebagai saudara, saling menerima dengan cinta, dan hidup sebagai satu keluarga besar Allah.
Komsos Keuskupan Manokwari-Sorong mengucapkan Selamat Hari Raya Natal. Semoga kelahiran Kristus senantiasa mengalirkan damai, sukacita, dan berkat bagi kita semua dan bagi keluarga-keluarga kita.
Tuhan memberkati. Ave Maria.





