Renungan Harian: Bagikanlah dengan lemah lembut harapan yang ada di dalam hatimu

86

Renungan Harian, Minggu, 1 Juni 2025
Minggu Paskah VII – Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-59

“Bagikanlah dengan lemah lembut harapan yang ada di dalam hatimu” (lih. 1Ptr 3:15-16

Hari ini Gereja merayakan Minggu Komunikasi Sosial Sedunia ke-59, yang ditetapkan oleh Paus Paulus VI sejak tahun 1967, untuk menanggapi pentingnya peran komunikasi dalam pewartaan Injil. Tema yang diangkat tahun ini adalah: “Bagikanlah dengan lemah lembut harapan yang ada di dalam hatimu.”

Sungguh tema yang relevan dalam dunia kita yang semakin bising dengan suara-suara yang saling bertentangan, penuh ujaran kebencian, dan miskin kelembutan. Suara-suara keras yang menggetarkan hati dan seakan trus menuntun pada konflik. Dalam situasi ini, kita dipanggil bukan hanya untuk berziarah dan berbicara tentang harapan, tetapi untuk meng-KOMUNIKASIKAN harapan itu dengan lemah lembut, yakni dengan kasih dan kesaksian hidup yang mencerminkan Kristus sendiri.



Dalam Injil hari ini, Yohanes 17:20–26, kita diajak menyelami doa Yesus kepada Bapa—sebuah doa agung sebelum Ia memasuki penderitaan-Nya. Yesus tidak hanya berdoa untuk para murid-Nya, tetapi juga untuk kita semua: “Bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka.”

Perhatikan baik-baik, Yesus tahu bahwa pewartaan para murid akan melampaui batas ruang dan waktu. Dia tahu bahwa pewartaan yang mereka lakukan akan menjangkau generasi demi generasi. Tetapi Yesus juga tahu bahwa pewartaan itu tidak cukup hanya berupa kata-kata. Pewartaan sejati lahir dari kesatuan, dari kasih, dan dari kesaksian hidup yang membangun. Kesatuan itulah menjadi dasar yang kuat untuk menyebarkan Injil.

Yesus berdoa: “Supaya mereka semua menjadi satu… supaya dunia percaya…” (Yoh 17:21). Pewartaan kita hanya akan menggetarkan hati orang lain jika mereka melihat kasih yang nyata di antara kita.

Paus Leo XIV, memilih moto pastoralnya : “In Illo Uno Unum” – Dalam Dia yang satu, kita menjadi satu. Kata-kata yang diinspirasi oleh St. Augustinus ini mengajak umat Kristiani untuk hidup dalam kesatuan di dalam Kritus. “Walaupun kita banyak, dalam Kristus yang satu kita menjadi satu”.

Almarhum Paus Fransiskus diakhir-akhir hidupnya, mengajak kita untuk mewartakan dengan Lemah lembut. Tema tahun ini mengambil inspirasi dari 1 Petrus 3:15: “Siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungjawaban tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat.”



Apa arti lemah lembut dalam pewartaan? Ini bukan kelemahan, bukan sikap pasif. Lemah lembut adalah kekuatan yang dikendalikan oleh kasih. Ini adalah keberanian untuk bersaksi tentang Kristus tanpa menghina, tanpa menyudutkan, tanpa memaksakan kehendak.

Komunikasi kita, baik melalui lisan, tulisan, media sosial, dan bahkan gestur tubuh, adalah cermin dari apa yang ada dalam hati kita. Jika hati kita penuh dengan harapan dalam Kristus, maka cara kita berbicara, menulis, dan bertindak pun akan mencerminkan damai sejahtera, kesabaran, dan kasih Kristus.

Sebaliknya, jika pewartaan kita penuh dengan kemarahan, sarkasme, dan kebencian—apakah itu masih pantas disebut pewartaan Injil?

Dalam dunia yang penuh ketidakpastian—perang, bencana, krisis identitas, kesepian—orang mendambakan harapan yang sejati. Harapan itu bukan ilusi atau optimisme kosong, melainkan Kristus sendiri, yang hidup, bangkit, dan hadir dalam Gereja-Nya.

Kita semua dipanggil untuk menjadi “komunikator harapan”, bukan dengan teriakan, tetapi dengan lemah lembut: lewat telinga yang mau mendengar, hati yang mau memahami, dan kata-kata yang membangun.

Media sosial hari ini memberi kita peluang luar biasa untuk mewartakan Injil, tetapi juga menjadi ladang konflik jika tidak digunakan dengan bijak. Maka Paus Fransiskus mengajak kita menjadi “penabur damai” di dunia digital, bukan provokator.

Kesaksian yang Menyatukan. Yesus berdoa agar kita menjadi satu. Dunia sekarang terpecah oleh polarisasi: antar suku, antar pandangan politik, bahkan antar umat beriman sendiri. Namun justru dalam dunia yang terpecah ini, kesatuan kita adalah kesaksian yang paling kuat.

Ketika orang melihat bahwa kita, meskipun berbeda, bisa saling mencintai—itulah pewartaan yang paling fasih.

Marilah di hari Komunikasi Sosial Sedubiwke 59 ini, kita menjadi pewarta harapan dengan lemah lembut. Bukan hanya dengan kata-kata, tetapi dengan kesaksian hidup, dengan komunikasi yang lahir dari kasih, dan dengan komitmen membangun kesatuan, baik dalam keluarga, lingkungan, Gereja, maupun di media sosial.

Semoga doa Yesus, “supaya mereka semua menjadi satu”, menjadi nyata dalam hidup kita. Dan semoga setiap kata yang keluar dari mulut kita, setiap postingan yang kita buat, menjadi sarana pewartaan harapan yang menghidupkan.

Tuhan memberkati dan Ave Maria!

Ditulis oleh: P. Fransiskus Katino, Pr – Ketua Komisi Komunikasis Sosial Keuskupan Manokwari-Sorong