Renungan Harian: Allah Tidak Pernah Terlambat

106

Renungan Harian, 19 Desember 2025
Bacaan I: Hakim-hakim 13:2-7.24-25a
Bacaan Injil: Lukas 1:5-25

Beriman dengan teguh kepada Allah pasti akan membuahkan sukacita. Walaupun secara manusiawi hidup orang beriman sering kali tampak penuh penderitaan, keterbatasan, dan kekecewaan, namun di dalam Tuhan mereka sesungguhnya dipenuhi oleh harapan dan kebahagiaan sejati. Allah sanggup melakukan segala sesuatu, bahkan hal-hal yang menurut perhitungan manusia mustahil untuk terjadi.

Bacaan-bacaan suci hari ini mengajak kita merenungkan iman yang teguh melalui kisah para wanita mandul yang tetap setia berharap kepada Allah. Dalam bacaan pertama, kita mendengar kisah istri Manoah yang mandul. Bertahun-tahun mereka menanggung kerinduan dan mungkin juga tekanan sosial karena tidak memiliki anak. Namun, Allah tidak pernah melupakan mereka. Pada waktu-Nya, Tuhan menyatakan kasih dan kuasa-Nya. Istri Manoah mengandung dan melahirkan Simson, seorang anak yang dipakai Allah sebagai alat pembebasan bagi umat-Nya.

Hal yang serupa juga kita jumpai dalam bacaan Injil melalui kisah Zakaria dan Elisabet. Mereka adalah pasangan yang saleh dan hidup benar di hadapan Allah, namun harus memikul salib kemandulan hingga usia lanjut. Dalam konteks budaya saat itu, kemandulan sering dipandang sebagai aib dan tanda kutukan. Namun, Zakaria dan Elisabet tidak berhenti berharap. Mereka tetap setia dalam doa dan pelayanan. Pada akhirnya, Allah mengutus Malaikat Gabriel untuk menyampaikan kabar sukacita: Elisabet akan mengandung dan melahirkan seorang putra yang harus diberi nama Yohanes, yang kelak mempersiapkan jalan bagi Tuhan.

Kedua kisah ini menegaskan satu hal penting: Allah tidak pernah terlambat. Apa yang bagi manusia tampak mustahil, bagi Allah selalu mungkin. Ketekunan dalam doa, kesetiaan dalam iman, dan penyerahan diri yang total kepada kehendak Allah pada akhirnya akan membuahkan sukacita yang besar. Anak-anak yang lahir dari rahim yang mandul itu bukan hanya menjadi sumber kebahagiaan bagi keluarga mereka, tetapi juga menjadi sarana karya keselamatan Allah bagi banyak orang.

Renungan ini mengajak kita untuk tidak mudah putus asa ketika menghadapi jalan buntu kehidupan: doa yang belum terjawab, harapan yang tertunda, atau salib yang terasa berat. Tuhan bekerja dalam keheningan dan kesabaran iman. Tugas kita adalah tetap percaya, tetap berdoa, dan tetap berserah.

Oleh karena itu, marilah kita bertekun dalam doa dan iman. Dalam situasi sesulit apa pun, ketika kita sungguh percaya dan menyerahkan hidup kita kepada Allah, pada waktunya semua itu akan membuahkan sukacita yang sejati.

Tuhan memberkati. Ave Maria.