Misi Dalam Kisah Para Rasul

449
Penulis: Fr. Ino Moa Lusi, OSA

Pendahuluan

  • Gambaran Umum Kitab Kisah Para Rasul

Kitab Kisah para Rasul merupakan salah satu dari 27 kitab dalam Kitab Suci Perjanjian Baru. Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, kitab Kisah para Rasul menempati posisi setelah Injil (Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes). Lebih tepatnya posisi kedua setelah Injil dan posisi kelima setelah Injil Yohanes. Kitab Kisah para Rasul berisikan kisah-kisah dari para rasul terutama rasul Petrus dan Paulus (rasul Petrus: Kis. 1-12 dan rasul Paulus: Kis. 13-28). Selain kisah-kisah dari para rasul dan kisah dua rasul besar tersebut, kitab Kisah para Rasul berisikan pula wejangan-wejangan dan nasihat-nasihat.

Keempat Injil menempati posisi pertama dari Kitab Suci Perjanjian Baru, yang kisahnya hampir semua sama, yakni tentang Yesus Kristus dengan segala persoalan hidup-Nya, mukjizat dan karya-Nya hingga kematian-Nya. Sedangkan Kisah para Rasul berisikan kisah dari manusia; kisah mengenai umat semula (hal ikwal pengikut Yesus); kisah tentang apa yang terjadi setelah Yesus. Lagi pula, Kisah para Rasul sebenarnya melanjutkan Injil karangan St. Lukas. Sebab, St. Lukas merupakan penulis Kisah para Rasul. Dengan begini dapat dikatakan bahwa Kisah para Rasul merupakan lanjutan dari Injil Lukas.

  • Ciri Khas Kitab Kisah Para Rasul

Ciri yang paling khas dari kitab Kisah para Rasul ialah penulisnya merupakan penulis Injil Lukas, St. Lukas, seperti yang telah disebutkan di atas. Sebenarnya, bukan hanya St. Lukas yang menjadi penulis bagi dua kitab sekaligus, di dalam Kitab Suci Perjanjian Baru. Ada pula St. Paulus dengan 13 suratnya, St. Yohanes dengan surat-suratnya dan kitab Wahyu.

Ciri khas yang lainnya dari kitab Kisah para Rasul ialah isinya yang tidak terlalu sesuai dengan namanya. Dalam kitab Kisah para Rasul, memang disebutkan pula nama kedua belas rasul pertama (bdk. Kis. 1:13), namun tidak sebanyak rasul Petrus dan Paulus. Ada pula nama rasul Yakobus yang dibunuh oleh Raja Herodes Agripa (bdk. Kis. 12:2). Ada pula berita pendek tentang rasul Yohanes, yang merupakan teman dari rasul Petrus (bdk. Kis. 3:1 dst.; 4:13 dst,; 8:14 dst). Sedangkan rasul-rasul lainnya tidak ada berita terperinci layaknya yang telah disebutkan. Hanya ada sebutan yang berlaku umum, yakni bagi para rasul yang sering disebut sebagai “kelompok” (bdk. Kis. 2:36.42-43; 4:33; 5:29; 8:1.14; 11:1).

Misi Dalam Kisah Para Rasul

Misi merupakan tugas yang diembankan kepada semua umat beriman Katolik, yang telah menerima sakramen Baptis. Misinya ialah mewartakan kabar suka cita Injil. Tidak hanya sebatas mewartakan, tetapi mereka harus menjadi saksi pula. Berani untuk bersaksi tentang apa yang telah mereka wartakan. Jikalau para rasul mewartakan tentang Yesus Kristus yang telah bangkit, maka sebagai konsekuensi lainnya ialah mereka harus menghidupi apa yang telah mereka wartakan. Mereka harus senantiasa menjadikan diri mereka sebagai “sakramen” yang merupakan tanda bagi yang tidak kelihatan. Menjadikan diri mereka sendiri sebagai sakramen yang hidup.

Misi dari para rasul ialah pewartaan melalui perkataan dan karya yang dihayati serta dihidupi. Para rasul menjadi tolak ukur, bagaimana bertindak dan menjalin relasi dengan sesama yang mencerminkan sikap Yesus. Para rasul berani untuk mewartakan Yesus Kristus kepada yang tidak mengenal-Nya. Baik itu bagi orang kafir atau pun bangsa lain yang belum mengetahui tentang Yesus Kristus dengan segala mukjizat-Nya. Itulah tugas para rasul. Bermisi demi Yesus Kristus dan Kerajaan-Nya.

Sasaran utama dari misi di dalam kitab Kisah para Rasul ialah kepada bangsa Yahudi (bdk. Luk. 1:68; Kis. 13:46; 28:17 dst). Sebagai orang Kristen, kita merupakan pengikut Kristus yang mengemban tugas untuk memberi kesaksian kepada sesama. Sama halnya dengan Yesus, yang merupakan utusan Allah untuk memberitakan tentang Kerajaan Allah seperti yang dijanjikan-Nya kepada bangsa Israel (bdk. Luk. 4:21b.43). Namun Yesus tidak membatasi pewartaan hanya kepada bangsa Yahudi saja. Yesus telah mengantisipasi hal tersebut dan membuat arah misioner kepada bangsa kafir pula (bdk. Luk. 4:25 dst). Namun bukan Yesus yang mewartakan Kerajaan Allah kepada bangsa kafir sebab Ia telah mempersiapkan orang, yakni para rasul. Tugas utama dari para rasul yang berasal dari Yesus ialah memberikan kesaksian kepada bangsa kafir setelah Yesus bangkit (bdk. Luk. 24:48; Kis. 1:8). Sebab, ini semua merupakan rencana Allah. Allah telah mengaturnya dari sedia kala, sebelum waktu dijadikan (pra-destinasi).

Prioritas utama dari St. Lukas dalam kisah para Rasul ialah bangsa Yahudi. Firman Allah harus terlebih dahulu diberitakan kepada bangsa Yahudi (bdk. Kis. 1:8), lalu sampai ke ujung bumi. Namun bangsa Yahudi menolaknya dan menganggap diri mereka tidak layak. Penolakan inilah yang membuat para rasul berpaling dari bangsa Yahudi dan beralih kepada bangsa-bangsa lain (bdk. Kis. 13:46; 18:6). Konsekuensi lain dari penolakan ini ialah, peranan awal dari bangsa Yahudi yakni sebagai saksi diganti oleh orang-orang Kristen non-Yahudi. Kesaksian bagi segala bangsa (bdk. Luk. 24:47; Kis. 1:8) dimulai dari Yerusalem, sebagai kota tempat keselamatan dan pusat Yudaisme dan dilanjutkan sampai ke ujung bumi.

Menurut St. Lukas, misi merupakan perutusan untuk memberikan kesaksian tentang pertobatan dan pengampunan dosa. Misi yang merupakan perutusan diandaikan memiliki orang yang bersedia untuk menjadi saksi; misionaris. Dengan menjadi saksi, berarti berani mengambil bagian pada sejarah hidup Yesus, terutama dalam sejarah karya dan penderitaan karena ketaatan (bdk. Kis. 1:21 dst). Orang-orang yang memberanikan diri untuk menjadi saksi bagi Yesus Kristus terhadap dunia ini, pasti diberikan kekuatan. Kekuatan yang diberikan tidak lain ialah daya Roh Kudus.

Daya Roh Kudus

Roh Kudus yang memulai dan akan selalu menyertai saksi dalam setiap karya mereka (bdk. Luk. 24:49; Kis. 1:4.8; 2:38). Sebab anugerah Roh Kudus merupakan anugerah yang terlibat langsung di dalam misi. Sebab, misi adalah konsekuensi langsung dari pencurahan Roh Kudus. Orang dapat bersaksi tentang Yesus Kristus yang tidak pernah mereka saksikan; tidak pernah mereka indrawi hanya berkat anugerah Roh Kudus. Roh Kudus senantiasa membantu manusia. Sebab Roh Kudus bertindak sesuai dengan Kehendak Bapa (bdk. Rm. 8:27). Roh Kudus akan tetap berkarya bagi saksi-saksi Yesus Kristus, yang percaya namun tidak melihat. Roh Kudus tetap berkarya, sebab manusia itu lemah. Dan melalui Roh Kudus pula, kita sebagai saksi-saksi Yesus Kristus dapat mengetahui Allah. Sebab, Allah dapat diketahui melalui Roh Kudus. Dan Roh Kudus sebagai bentuk dari Allah yang mengasihani dan membantu para saksi-Nya. Allah dapat membantu para saksi-Nya melalui Roh Kudus hanya kepada mereka yang mengasihani Allah, yakni orang-orang yang terpanggil sesuai rencana Allah.

Roh Kudus merupakan bagian penting dalam kitab Kisah para Rasul terutama menyangkut misi. Karunia Roh Kuduslah yang membuat Matias terpilih sebagai rasul untuk menggantikan Yudas sang penghianat (bdk. Kis. 1: 24-25). Karena karunia Roh Kudus pula-lah, pada hari Pentakosta orang-orang dapat berbicara dengan bahasa-bahasa asing (bdk. Kis. 2:4). Roh Kudus menuntun para rasul dan memberikan mereka kekuatan, Roh Kudus menjadi daya penggerak. Dengan begini bukanlah hal yang mengherankan jikalau Kisah para Rasul disebut sebagai “Injil Roh Kudus”, kabar baik mengenai Roh Kudus dan berisikan tentang Roh Kudus. Dan hanya kitab Kisah para Rasul yang tahu dan berisikan tentang Yesus yang “terangkat ke Surga” (bdk. Kis. 1:9; Luk. 24:50-51; Mrk. 16:19). Inilah salah satu alasan, kitab Kisah para Rasul disebut sebagai “Injil Roh Kudus.”

Roh Kudus merupakan andil penting dalam kesaksian yang dibawa oleh para rasul. Sebab, berkat Roh Kudus segala rintangan dan hambatan dapat dilalui. Berkat Roh Kudus, Petrus (bdk. Kis. 4:8), Paulus (bdk. Kis. 13:9), Stefanus (bdk. Kis. 6:3) dan Barnabas (bdk. Kis. 11:24) dapat melaksanakan penyebaran Injil sebab mereka “penuh dengan Roh Kudus.” Mereka digerakan oleh kekuatan ilahi (bdk. Kis. 6:8). Dan tidak lupa pula, bahwa Roh Kudus-lah yang berperan dalam memilih misionaris pertama di jemaat Antiokhia (bdk. Kis. 13:2). Jemaat di Yerusalem dianiaya, namun mereka tetap dipenuhi dengan Roh Kudus, sehingga dengan berani dapat memberitakan firman Allah (bdk. Kis. 4:31; 9:31). Roh Kudus menjadi pembimbing dan pemimpin bagi jemaat (bdk. Kis. 5:3.9: 10:19; 11:12; 15:28) serta bagi Filipus (bdk. Kis. 8:29.39) dan Paulus (bdk. Kis. 16.6.7; 20:22) dalam perjalanan mereka demi penyebaran Injil.

Pewartaan Injil dapat berkembang karena didorong oleh Roh Kudus, sebab pewartaan tersebut berisikan kekuatan Roh Ilahi (bdk. Kis. 4:33). Perkataan manusia (bdk. Kis. 2:14) yang menjadi firman Allah (bdk. Kis. 4:28; 8:14; 11:1). Para pewarta hanyalah “pelayan” (budak; hamba) dari firman Allah (bdk. Kis. 6:4; 20:24). Firman Allah yang diwartakan oleh manusia dapat mendatangkan keselamatan (bdk. Kis. 11:14), dalam rupa mukjizat dan tanda (bdk. Kis. 6:8; 8:13), yang menjadi pendukung kesaksian firman (bdk. Kis. 14:3; 4:33). Berkat pengalaman dengan Roh Kudus, para pewarta dapat tetap mengaktualkan Yesus.

Penutup

St. Lukas sebagai penulis kitab Kisah para Rasul dapat dikatakan merupakan sebuah kesepakatan. Hal ini berdasarkan kesaksian yang lebih tua (sekitar akhir abad II M), dari dalam Canon Muratori 34-39 dari St. Irenius dan dari kata Pendahuluan dalam terjemahan Latin Kuno bahwa pemilik karya ini adalah Lukas. Lukas berumur sekitar 84 tahun ketika mulai menulis kitab Kisah para Rasul. Dapat dibayangkan bahwa Lukas memang berbakat dalam hal tulis-menulis bahkan ketika usianya sudah senja. Dalam usianya yang tua, karyanya yang merupakan “lanjutan” Injilnya tetap digunakan hingga sekarang ini.

Lukas menulis tentang Yesus Kristus, yang merupakan kesaksian para rasul berkat Roh Tuhan (Kudus) tetap aktif hadir sebagai daya penggerak umat yang menempuh sejarahnya hingga “Yesus ini, yang terangkat ke surga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke surga” (Kis. 1:11). Dialah “Alpha dan Omega”, awal dan akhir, dan Roh Kudus sebagai pengisi jarak antara kedua ujung tersebut.

Daftar Pustaka

Groenen OFM, C. Dr. 1984. Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius.
Hodo Pr, Dominikus Dulione. 2014. Diktat: Kisah Para Rasul. Abepura: Sekolah Tinggi Filsafat Teologi “Fajar Timur”.
Konferensi Waligereja Indonesia. 1996. Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius.
Woga CSsR, Edmund. 2002. Dasar-Dasar Misiologi. Yogyakarta: Kanisius.