ĶOMSOSKMS.ORG, SORONG — Perayaan Misa Syukur tahbisan Uskup Timika yang baru, Mgr. Bernardus Bofitwos Baru, OSA, sekaligus memperingati 131 tahun Misi Katolik di Tanah Papua, berlangsung meriah di Paroki Kristus Raja Katedral, Keuskupan Manokwari-Sorong, Kamis (22/5).

Misa dipimpin langsung oleh Uskup Bernardus dan didampingi Vikjen Keuskupan Manokwari-Sorong, Pastor Izak Bame, Pr serta Pastor Paroki Katedral, Pastor Emanuel Tenau, Pr. Lebih dari 40 imam Konselebran dari Keuskupan Manokwari-Sorong dan Timika turut hadir dalam perayaan ini.
Perayaan yang digelar sangat meriah ini juga dihadiri oleh Gubernur Papua Barat Daya, Elias Kambu, S.Sos, Bupati Sorong, Sekretaris Daerah Kabupaten Maybrat, serta sejumlah pejabat pemerintahan lainnya. Beberapa tokoh lintas agama dan tokoh Katolik, termasuk mantan Bupati Tambrauw Gabriel Asem, juga tampak dalam perayaan tersebut.

Dalam homilinya, Uskup Bernardus menyoroti tentang bagaimana membangun persekutuan dalam gereja perdana. Ia mengawalu dengan mengangkat konflik antara kelompok Yahudi-Kristen dan jemaat Kristen non-Yahudi terkait sunat.
Uskup Bernard menyoroti tentang adanya konflik di dalam persekutuan jemaat Kristiani.
“Konflik ini bisa menjadi pemecah dalam persekutuan. Paulus hadir sebagai penengah untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan menggagas konsili yang pertama,” ujar Uskup.
Paulus menjembatani perbedaan pandangan itu dengan menegaskan : “yang terpenting bukan sunat lahiriah tetapi sunat batiniah,” tegas Uskup
“Ada prinsip yg ditegaskan oleh Paulus yakni, pertama, prinsip nilai-nilai Injil yaitu perjumpaan, dialog dan medengarkan satu sama lain. Dari prinsip ini dapat menghasilkan keputusan bersama yang berdasarkan iman, cinta dan harapan. Menghasilkan banyak hal yang menjadi landasan bagi kebaikan bersama,” tegas Uskup kelahiran Suswa, Maybrat ini.

Selanjutnya, Uskup juga menggarisbahwahi bahwa prinsip-prinsip Paulus, Petrus dan Barnabas itu sangat relevan untuk menyelesaikan masalah di tanah Papua ini.
“Situasi kita di tanah Papua ini membutuhkan metode dan prinsip untuk bertemu, duduk, dan berdialog dari hati ke hati berdasarkan iman dan cinta untuk memecahkan persoalan yang terjadi di tanah Papua,” ujar Uskup.
Lanjutnya, “Paulus menegaskan prinsip-prinsip nilai Injil: perjumpaan, dialog, dan mendengarkan satu sama lain. Ini menghasilkan keputusan bersama yang didasari iman, cinta, dan harapan”.

Untuk itu ia menyampaikan bahwa pendekatan serupa relevan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan sosial dan kemanusiaan di Tanah Papua.
“Situasi kita di tanah Papua ini membutuhkan metode dan prinsip untuk bertemu, duduk, dan berdialog dari hati ke hati berdasarkan iman dan cinta untuk memecahkan persoalan yang terjadi di tanah Papua,” ujar Uskup.
Perayaan dikemas sangat meriah. Didukung dengan tarian-tarian budaya secara khusus tarian budaya Maybrat dan Mee.
Dalam sambutannya, Ketua Panitia Ferdinandus Taa, SH., M.Si., mengumumkan bahwa perayaan serupa akan dilaksanakan di Paroki St. Yoseph Ayawasi pada 22 Juni dan di kampung halaman Uskup Bernardus di Suswa pada 29 Juni 2025.

Gubernur Papua Barat Daya, Elias Kambu, S.Sos sangat mengapresiasi kegiatan ini. Ia mengungkapkan ungkapan syukur atas terpilihnya Putra Papua menjadi Uskup orang asli Papua yang kedua.
“Para imam yang dari Keuskupan Mimika, ya warga kami disini berharap dukungan, kerjasama, atensi untuk terus diberikan kepada Bapak Uskup sehingga beliau bisa bersama-sama untuk menggembalakan umat disana. Beliau bukan lagi disini. Secara total kami sudah menyerahkan seluruh hidupnya didedikasikan untuk umat di Mimika,” pesan Bapak Gubernur.

Setelah Misa, acara dilanjutkan dengan ramah tamah, makan malam bersama ribuan umat, dan hiburan musik dari band lokal yang menambah kemeriahan syukuran ini.