Mgr. Hilarion Datus Lega Seorang Gembala yang Rendah Hati

354
Mgr. Hilarion Datus Lega
Mgr. Hilarion Datus Lega (Uskup Keuskupan Manokwari-Sorong)

(Romo Aloysius Susilo, Pr)

Sosok Mgr. Hilarion Datus Lega uskup ketiga Keuskupan Manokwari-Sorong (2003-2023) hingga sekarang adalah pribadi yang unggul dalam hal kerendahan hati. Tentu saja, kerendahan hati yang dimiliki oleh Mgr. Datus bersumber pada Sang Guru sejati yakni Yesus Kristus. Sebagai seorang gembala yang mengayomi dan membimbing banyak umat tidaklah mudah. Sepak terjang dan perjuangannya sungguh luarbiasa dalam memajukan dan meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan di Keuskupan Manokwari-Sorong ini. Melihat kembali perjalanan Mgr. Datus ketika ditunjuk menjadi Uskup KMS pada tanggal 29 Juni 2003 hingga sekarang tidak terasa beliau sudah mengabdikan hidupnya selama 20 tahun. Barang tentu, banyak karya dan pelayanan-pelayanan yang dibuatnya untuk Keuskupan Manokwari-Sorong yang tercinta ini.

Pada tulisan ini, saya menulis pengalaman pribadi yang saya lihat dan saya rasakan hidup bersama Mgr. Hilarion Datus Lega. Ada banyak nilai kehidupan yang saya dapatkan, namun di sini saya membatasi nilai-nilai tersebut menjadi beberapa bagian. Semoga tulisan yang saya uraikan bisa menjadi motivasi dan daya semangat untuk kita semua dalam melanjutkan visi-misi, karya-karya baik yang telah dirintis dan diprakasai oleh sosok Mgr. Hilarion Datus Lega.

Cinta Akan Pendidikan

Sosok Mgr. Hilarion Datus Lega adalah seorang yang sangat mencintai pendidikan. Kita percaya dengan pendidikan bisa merubah dan meningkatkan mutu kualitas setiap manusia menjadi lebih baik. Seminari Petrus Van Diepen Aimas adalah contoh konkrit yang didirikan oleh Mgr. Hilarion Datus Lega pada tanggal 29 Juni 2005. Nama Seminari Petrus Van Diepen diambil dari nama uskup pertama Keuskupan Manokwari-Sorong.

Latar belakang hadirnya lembaga pendidikan Seminari Petrus Van Diepen salah satunya yakni memersiapkan calon-calon agen Pastoral tetapi juga ikut terlibat dalam upaya memperdayakan mutu Pendidikan di tanah Papua. Hal ini menjadi bukti bahwa uskup Mgr. Hilarion Datus Lega sungguh memerhatikan akan pentingnya pendidikan. Kerja keras dan sikap optomis inilah tamatan Seminari Petrus Van Diepen Aimas telah melahirkan Imam-imam muda yang penuh talenta dan bakat, guru-guru, dan profesi lainnya itu semua karena Pendidikan. Tentu saja Mgr. Hilarion Datus Lega mendirikan sekolah Seminari Petrus Van Diepen disertai dengan kerendahan hati. Ia terjun langsung lapangan, bekerja membawa truk, mencari dana ke sana ke mari semua demi Kemuliaan nama Tuhan.

Tinggal Bersama Uskup

Pertama-tama saya bersyukur kepada Tuhan, boleh mengalami tinggal satu rumah bersama Mgr. Hilarion Datus Lega (2017-2020). Kala itu, saya masih menjadi diakon hingga ditahbiskan menjadi imam hidup bersama uskup Datus. Banyak makna kehidupan dan petuah kebajikan yang saya dapatkan. Antara lain, pentingnya hidup doa. Setiap hari, Uskup Datus merayakan Ekaristi kudus di Kapel bersama saya.

Uskup menjadi pemimpin dan saya menjadi umat. Awalnya saya belum terbiasa Misa hanya dua orang. Lama-kelamaan menjadi biasa. Walaupun hanya dua orang saja, perayaan Ekaristi menjadi makanan dan santapan rohani bagi kami setiap hari. Di sini, saya diajarkan akan pentingnya hidup doa. Doa menjadi kekuatan dan harapan dalam melaksanakan tugas dan karya yang telah diberikan kepada saya. Uskup Mgr. Datus menekankan pentingnya Ekaristi, karena Ekarisi sebagai sumber dan puncak iman kita kepada Yesus Kristus.

Selain itu, makna kehidupan yang saya dapatkan tinggal bersama bapak uskup adalah menjadi pribadi yang sederhana. Hal itu tampak, soal makan-minum tidak pilih-pilih, semua makanan yang dihidangkan dilahap semua bahkan ada makanan dikerumuni semut-semut tetap saja dimakan, mencuci pakaian sendiri, membakar sampah-sampah, pakaian yang dipakai juga biasa-biasa saja. Hal lain lagi, uskup Mgr. Datus orangnya humoris suka membuat lucu-lucu dan bersanda gurau. Bagi saya secara pribadi di sini uskup Mgr. Hilarion Datus Lega adalah seorang gembala yang rendah hati.

Pekerja Keras

Sosok Mgr. Hilarion Datus Lega adalah seorang pekerja keras. Selama saya tinggal bersama beliau, Ia bekerja dari pagi sampai sore bahkan malam hari. Kala itu, kami masih tinggal di Kampung Baru, dekat Lapangan Hoki kota Sorong. Seperti biasanya, uskup menyetir mobil sendiri menuju ke Kantor Keuskupan, siang pulang dan makan bersama saya di rumah wisma uskup. Setelah itu, beliau kembali lagi ke Kantor dan pulangnya bisa sore hingga malam hari. Mgr. Datus jarang istirahat siang, hanya malam saja. Itu pun hanya beberapa jam.

Kalau saya perhatikan, fisik bapak uskup sangat baik. Uskup jarang tidur siang, hanya malam saja. Hal ini menjadi kebiasaan beliau, ketika tempo dulu ketika ia bertugas di Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) yang berpusat di Jakarta dari pagi hingga malam hari. Dan kebiasaan baik tersebut terbawa hingga menjadi uskup saat sekarang ini. Suatu kali, rumah Wisma Uskup dekat Lapangan Hoki kota Sorong kebanjiran. Kami berdua bekerja membersihkan rumah, dan saya meminta bantuan orang lain untuk membantu, tetapi bapak uskup mengatakan tidak usah. Biar kita kerja sendiri ucapnya. Di sini saya melihat, sosok Mgr. Datus sudah menjadi uskup yang seharusnya memperoleh kemudahan tetapi kerendahan hati membuat beliau bekerja bersama saya. Dengan demikian, saya mengkategorikan Mgr. Hilarion Datus Lega sebagai seorang pekerja keras alias bukan “kaleng-kaleng” melainkan seorang panutan bagi kami para imamnya.

Tertib Dalam Beradministrasi

Sebuah lembaga yang baik dan benar bisa diukur salah satunya dengan tertib beradministrasi. Waktu itu, ketika saya masih menjabat sebagai Ketua Komisi Komunikasi sosial (Komsos) di Kantor Keuskupan Manokwari-Sorong pada tahun 2017-2020, kantor saya berdekatan dengan ruangan Vikjen dan Uskup Manokwari-Sorong. Di ruangan kantor Mgr. Datus banyak sekali surat-surat dan arsip-arsip terkait dengan administrasi disusun dengan sangat rapi.

Di sinilah saya belajar bagaimana beradministrasi. Saya terapkan ketika waktu itu saya menjadi Ketua Komsos Keuskupan Manokwari, Pastor Paroki Sta. Maria Bintang Laut-Doom, Sekretaris Unio KMS, juga di tempat tugas yang lainnya walaupun masih dalam proses pembelajaran dan jauh dari harapan. Saya membuat laporan-laporan yang diminta oleh Mgr. Datus. Banyak ilmu yang saya dapatkan dari beliau berkaitan dengan administrasi. Menulis dan menulis dan mengarsipkannya.

Suka Membaca dan Menulis

Mgr. Hilarion Datus Lega adalah seorang yang sangat mencintai budaya membaca dan menulis. Bahkan dua bagian tersebut tidak dapat dipisahkan dalam kepribadian Mgr. Datus. Sudah menjadi bagian hidupnya. Kecintaan budaya membaca dan menulis sudah terlihat di Seminari Tinggi Interdiosesan Ritapiret, kala itu masih Frater. Banyak karya yang sudah dihasilkan oleh Mgr. Hilarion Datus Lega. Bahkan dengan modal menulis beliau mendapatkan uang honor sebagai seorang penulis yang handal. Pengalaman saya, ketika hidup bersama Mgr. Hilarion Datus Lega, setiap hari saya melihat dan memerhatikan Mgr. Datus membaca koran, majalah dan artikel-artikel lainnya. Tiada hari tanpa membaca. Oleh karena itu, saya berani mengatakan sosok Mgr. Hilarion Datus Lega sangat amat mencintai budaya membaca dan menulis.

Sebagai Imam, tentu saja budaya membaca sangat penting untuk menambah pengetahuan. Walaupun saya kadang-kadang jarang membaca. Tetapi dalam hal ini, saya disadarkan akan pentingnya budaya membaca. Ketika dulu, saat saya masih aktif kuliah di kampus, setiap saat saya suka membaca buku, majalah-majalah, koran dan artikel-artikel juga menulis di majalah-majalah dan koran-koran lokal terkait tulisan opini akan tetapi ketika sudah bertugas di lapangan saat sekarang, budaya membaca mulai berkurang.

Semoga kedepannya budaya membaca menjadi habit untuk menambah wawasan lagi. Mgr. Hilarion Datus Lega dengan hobinya membaca akhirnya menulis banyak buku dan tulisannya sudah beredar luas di kalangan umat beriman. Sudah banyak buku yang ditulis oleh Mgr. Hilarion Datus Lega. Sehingga saya bisa menyimpulkan Mgr. Hilarion Datus Lega adalah seorang penulis yang handal. Semoga jejak beliau bisa diteruskan kepada para imam-imamnya dan umat sekalian.

Tidak Suka Mengeluh

Uskup Manokwari-Sorong Mgr. Hilarion Datus Lega bagi saya adalah pribadi yang tidak suka mengeluh. Segala sesuatu dikerjakan sendiri seperti menyetir mobil, surat-menyurat, membakar sampah-sampah, dan lain sebagainya bahkan dalam keadaan sakit, beliau tetap semangat. Kegiatan uskup Mgr. Datus setiap bulan sangat padat mulai dari kegiatan di Kantor Keuskupan, mengunjungi umat-umat di Paroki-Paroki/Stasi yang jangkauannya sangat luas dan jauh, berangkat rapat-rapat di luar kota Sorong dan masih banyak lagi agenda uskup lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Tetapi beliau tidak mengeluh bilang cape atau lelah. Malahan pulang dari luar kota sampai di Sorong langsung bekerja. Di sinilah saya belajar dari sosok Mgr. Hilarion Datus Lega. Seorang pekerja keras dan tidak suka mengeluh. Kerendahan hati inilah yang hadir dalam diri Mgr. Datus.

Rajin Mengunjungi Umat-Umat Di Pedalaman

Seorang pemimpin yang baik, Ia akan selalu dekat dengan umatnya. Ia hadir dan ada bersama umat. Demikian pula dengan sosok Mgr. Hilarion Datus Lega. Sebagai anak Bupati, orang berada dan sekarang menjadi pejabat Gereja nomor satu di Keuskupan Manokwari-Sorong tidak mengubah gaya dan perilaku seorang gembala yang selalu dekat dengan umat-umatnya. Mgr. Datus dalam penglihatan kaca mata saya selama menjadi Uskup Keuskupan Manokwari-Sorong hingga sekarang ini, beliau sangat rajin mengunjungi umat-umatnya baik di Paroki-Paroki, Pra Paroki dan Stasi-Stasi di seluruh Keuskupan Manokwari-Sorong ini.

Terakhir bulan Februari 2023 Mgr. Datus mengunjungi Paroki Sta. Bernadeth Mamur Fakfak di mana saya bertugas. Kurang lebih dua hari beliau tinggal di Pastoran dan mengunjungi pembangunan Gereja dan umat yang ada di Bomberay, Sp 2, Sp 6 dan juga Stasi Santo Markus Kokas. Mgr. Hilarion Datus Lega banyak bercerita tentang kunjungannya di berbagai tempat baik melalui pesawat, kapal, Mobil, Motor hingga harus berjalan kaki. Bagi saya beliau sangat luarbiasa pergi mengunjungi umat di kampung-kampung dengan melewati hutan-hutan belantara dengan jarak yang sangat jauh, tetapi beliau telah melewatinya dan bersemangat.

Bahkan sampai hari ini juga dalam usia yang tidak muda lagi beliau tetap mengunjungi umat-umatnya. Saya sangat terinspirasi dengan beliau sehingga saya juga seringkali berkunjung ke stasi-stasi yang jauh dan terpencil dan harus berjalan kaki, misalnya salah satu stasi St. Andreas Ndobontonggo yang harus jalan kaki 7 kilo 100 meter. Merasakan suka-duka bersama umat. Dalam Kitab Suci, ada 100 ekor domba. Yang satu hilang dan mencarinya dan meninggalkan 99 ekor domba. Kata-kata Alkitab ini sungguh mengingatkan saya sebagai seorang gembala harus keluar mencari domba-domba supaya kembali ke Rumah Tuhan (Gereja). Demikian pula dengan sosok pribadi Mgr. Hilarion Datus Lega rajin mengunjungi umat-umatnya di pedalaman-pedalaman. Sungguh sosok uskup yang rendah hati dan tidak sombong.

Gembala yang baik selalu hadir dan ada bersama umat. Memberi waktu, tenaga dan pikiran bersama umat. Suka dan duka dilalui bersama. Gembala yang baik menuntun dan membimbing umat-umatnya ke jalan yang benar. Seorang gembala yang adalah pejabat Gereja mau merendahkan diri dan bersolidaritas dengan mereka yang kecil dan kurang diperhatikan. Gambaran-gambaran seorang pemimpin seperti inilah yang dapat kita temukan pada Mgr. Hilarion Datus Lega. Seorang uskup yang rendah hati, apa adanya.

Saya sebagai Imam Keuskupan Manokwari-Sorong sudah menganggap Mgr. Datus sebagai orangtua sendiri. Banyak makna kehidupan yang saya dapatkan selama tinggal bersama uskup Mgr. Hilarion Datus Lega. Terima kasih boleh mengalami kebersamaan tinggal bersama uskup di Kampung Baru (dekat lapangan hoki) hingga tinggal di Keuskupan Manokwari-Sorong. Pada kesempatan ini, saya menyampaikan proficiat kepada Mgr. Hilarion Datus Lega merayakan 20 tahun mengabdi menjadi uskup Keuskupan Manokwari-Sorong. Semoga bapak Uskup Mgr. Datus selalu sehat, berlimpah berkat dan menjadi teladan bagi kami anak-anaknya. Doa dan harapan yang terbaik untuk Mgr. Hilarion Datus Lega. Tuhan memberkati.

Foto Penulis