Mgr. Hilarion Datus Lega Memberkati Gereja Santo Yosep Pekerja Brongkendik, Fakfak

113
Mgr. Hilarion Datus Lega Memberkati Gedung gereja St. Yosep Pekerja, Stasi Brongkendik, Paroki St. Maria Merapi, Kabupaten Fakfak

FAKFAK, KOMSOSKMS.ORG — Umat Katolik Stasi Brongkendik, Paroki Santa Maria Merapi, Fakfak, patut bersyukur dan berbangga. Setelah perjalanan panjang penuh doa, kerja sama, dan pengorbanan, akhirnya Gereja Santo Yosep Pekerja Brongkendik diresmikan dan diberkati oleh Uskup Manokwari–Sorong, Mgr. Hilarion Datus Lega, Pr, pada Selasa, 7 Oktober 2025, bertepatan dengan Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Ratu Rosario.

Mgr. Hilarion Datus Lega, Uskup Manokwari-Sorong didampingi Pastor Paroki St. Maria Merapi, RP. Yohanes Kota, OSA serta para imam konselebran merayakan pemberkatan gedung gereja St. Yoseph Pekerja, Brongkendik

Perayaan Ekaristi pemberkatan berlangsung meriah dan penuh sukacita dalam nuansa budaya Fakfak. Sejak pagi, umat telah memenuhi area gereja dengan busana adat dan iringan tarian tradisional. Uskup Hilarion Datus Lega disambut dengan arak-arakan adat penuh hormat sebagai ungkapan kasih dan penerimaan umat kepada gembala mereka.

Hadir dalam perayaan tersebut sejumlah imam dari dalam dan luar Fakfak, para biarawan-biarawati, tokoh masyarakat, dan ratusan umat dari berbagai kampung sekitar yang datang untuk ikut merayakan momen bersejarah ini. Hadir juga Bupati Kabupaten Fakfak dan tamu undangan lainnya.

Umat mengikuti perayaan pemberkatan Gereja dengan hikmat dan penuh syukur

“Gereja Ini Rumah Allah, Tempat Persaudaraan Bertumbuh”

Dalam homilinya, Uskup Datus menegaskan bahwa kehadiran Gereja Santo Yosep Pekerja merupakan tanda nyata iman yang hidup dan bertumbuh di tengah umat.

“Gereja ini bukan sekadar bangunan megah dari batu dan semen, tetapi rumah Allah tempat umat berjumpa, berdoa, dan mempererat kasih persaudaraan,” ujar Uskup Datus.

Mgr. Hilarion Datus Lega menyampaikan homili pada perayaan Ekaristi pemberkatan gereja St. Yosep Pekerja, Brongkendik

Lebih lanjut, ia mengajak umat untuk meneladani Santo Yosep Pekerja yang dikenal setia, rendah hati, dan tekun dalam karya pelayanan.

“Gedung gereja ini adalah tempat kudus, tempat persemayaman Tuhan. Karena itu, tempat ini harus menjadi sumber cahaya kemuliaan, suri teladan, dan kesaksian hidup yang terus terpancar ke luar,” tandasnya.

Uskup Datus juga mengapresiasi ketekunan umat Brongkendik yang membangun gereja ini selama lebih dari lima tahun.

“Secara pribadi saya cukup berbangga atas pembangunan gereja yang representatif ini, yang juga dekat dengan Pulau Bonyom. Ke depan, kita akan memperingati masuknya Agama Katolik di Tanah Papua, dan ibadatnya akan kita rayakan di gereja ini,” ujarnya penuh harapan.

Ia menambahkan, kebijaksanaan yang dihidupi umat Brongkendik mencerminkan hikmat Allah yang terus bekerja dalam kesabaran dan ketekunan.

“Dengan rasa bangga karena hikmat Tuhan, mari kita rawat rumah ini. Merawat rumah Tuhan berarti juga merawat iman, cinta, dan warisan rohani bagi anak cucu kita,” pesan Uskup menutup homilinya.

Jejak Panjang Iman: Dari Misi Pertama Hingga Gereja ke-7

Gereja Santo Yosep Pekerja Brongkendik memiliki sejarah panjang dan mendalam dalam perjalanan iman Katolik di Tanah Papua, khususnya di wilayah Fakfak.

Lisan Para Kudus didaraskan penuh hikmat, memohon kehadiran dan doa Para Kudus

Catatan sejarah mencatat, misi Katolik pertama di wilayah Fakfak dimulai pada 22 Mei 1894, ketika Pastor Corneles Lecoq d’Armandville, SJ tiba di Sekru. Setelah sempat kembali ke Seram, beliau datang lagi bersama dua bruder dan mendarat di Pantai Raduria pada 1 Mei 1895. Dari sana, Pastor Lecoq melanjutkan perjalanan ke Pulau Bonyom dan bertemu masyarakat Kampung Brongkendik.

Dalam perjumpaan bersejarah itu, Pastor Lecoq menyampaikan niatnya untuk mewartakan Kabar Gembira dan diterima oleh Kapitan Temini Wagab, yang kala itu telah memeluk Islam. Namun semangat pewartaan tidak berhenti. Pada Juli 1895, sebanyak 86 orang dibaptis, termasuk warga Kampung Brongkendik.

Perjalanan misi Pastor Lecoq berakhir tragis ketika ia wafat dalam perjalanan menuju Mimika pada 27 Mei 1896. Meski demikian, benih iman yang telah ditaburnya terus tumbuh subur di hati umat Brongkendik.

Tahun 1930 menjadi babak baru ketika Pastor Eduard Capers, MSC mengutus Pastor Adrianus de Jong, MSC menetap di Brongkendik. Bersama Bruder J. Schut, MSC, pada Januari 1931 mereka mendirikan pastoran pertama di Brongkendik, yang kemudian menjadi pusat pelayanan pastoral.

Setelah itu, karya pastoral diteruskan oleh para guru awam seperti Antonius Harbelubun, Natalis Fatubun, dan Ernest Ngutra, yang berperan besar dalam pendidikan dan pembinaan iman umat.

Pasca Perang Dunia II, Pastor Valerikus Moors, OFM, datang melayani umat di Brongkendik. Ia wafat pada 13 Desember 1946 di Fakfak dan dimakamkan di samping Gereja Santo Yosep Pekerja Brongkendik—sebuah tanda dedikasi abadi bagi tanah misi Papua.

Gereja ke-7: Simbol Kesetiaan dan Semangat Baru

Seiring berjalannya waktu, Gereja Santo Yosep Brongkendik telah mengalami beberapa kali pembangunan dan perpindahan lokasi. Sejak berdirinya gereja-gereja awal di Pantai Patikomat, Kampung Mbrom, hingga Puncak Kampung, umat terus menunjukkan semangat luar biasa untuk mempertahankan iman mereka.

Gereja yang diberkati pada 7 Oktober 2025 ini merupakan gereja ketujuh yang dibangun oleh umat Brongkendik. Pembangunannya dimulai dengan peletakan batu pertama pada 28 Maret 2021.

Selain itu, perubahan nama dari “Santo Yosep” menjadi “Santo Yosep Pekerja” menandai semangat baru: penghormatan kepada nilai kerja keras, kesetiaan, dan pelayanan tanpa pamrih.

“Zaman boleh berganti, gereja boleh dirobohkan dan dibangun kembali, tetapi nilai sejarah dan iman umat Brongkendik tak akan pernah hilang. Sekali Katolik, tetap Katolik—itulah semboyan kami,” ungkap salah satu umat yang membacakan data sejarah Stasi Brongkendik.

Sambutan Pemerintah: Momentum Persaudaraan dan Pembangunan

Dalam sambutannya, Bupati Fakfak menyampaikan apresiasi dan dukungan atas peresmian Gereja Santo Yosep Pekerja ini.

“Semoga melalui pemberkatan gereja ini, tumbuh semangat baru dalam meningkatkan persaudaraan dan memperkuat kehidupan iman umat Katolik di Fakfak,” ujarnya.

Bupati Kabupaten Fakfak, Samaun Dahlan, S.Sos, M.Ap., hadir dan memberikan sambutan pada perayaan pemberkatan Gereja St. Yosep Pekerja, Brongkendik

Ia juga menegaskan bahwa gereja yang telah dibangun dengan megah ini perlu dijaga bersama.

“Tugas kita adalah merawat gereja dan seluruh fasilitasnya agar tetap berfungsi sebagai tempat ibadah yang membangun kualitas iman umat. Saya juga berharap agar umat beragama di Fakfak terus bekerja sama dengan pemerintah dalam mensukseskan pembangunan daerah,” tegasnya.

Menghidupi Sejarah, Menatap Masa Depan dengan Iman

Kini, Gereja Santo Yosep Pekerja Brongkendik berdiri megah sebagai saksi sejarah iman Katolik di Tanah Papua. Lebih dari sekadar bangunan, gereja ini menjadi pusat kehidupan rohani dan sosial bagi umat Fakfak dan sekitarnya.

Dengan semangat para misionaris dan pendahulu yang telah menanamkan benih iman lebih dari seabad lalu, umat Brongkendik kini menatap masa depan dengan harapan dan sukacita baru.

Melalui pemberkatan Gereja Santo Yosep Pekerja ini, umat Brongkendik meneguhkan bahwa iman Katolik di Tanah Papua akan terus hidup, bertumbuh, dan berbuah demi kemuliaan Tuhan. (FK)