(Dkn. Kris Sasior, OSA)
Komoskms.org-Kebanyakkan umat katolik di berbagai daerah, saat memasuki pekan suci yang diawali dengan Minggu Palma atau sering di sebut dengan Minggu daun-daun. Umumnya sebelum ibadah sabda maupun Perayaan Ekaristi dalam Gereja, ada ritus khusus terlebih dahulu yakni prosesi perarakan untuk masuk ke dalam Gereja. Prosesi ini diungkapkan sebagai kenangan akan peristiwa di mana Yesus di Elu-elukan saat memasuki kota Yerusalem. Tentu untuk menambah semaraknya prosesi ini dinyanyikan lagu-lagu pilihan yang sesuai dengan masa liturgi gereja Katolik.
Kali ini ada sesuatu yang amat menarik untuk umat Katolik Stasi Santa Maria Asiti. Pasalnya dalam perarakan menuju Gereja, mereka menyanyikan lagu daerah Suoh (Dansa). Hal ini merupakan bentuk ungkapan kegembiraan dan rasa sukacita mereka kepada Yesus sebagai Raja yang datang untuk menyelamatkan umat manusia melalui peristiwa sengasara, wafat dan kebangkitan-Nya.
Perlu kita pahami bahwa lagu Suoh “Dansa” adalah lagu daerah masyarakat Papua khususnya masyarakat Tambrauw, Maybrat maupun Bintuni. Lagu Suoh atau Posuoh adalah lagu yang biasanya di gunakan pada momen-momen tertentu. Selain itu juga lagu Suoh memiliki banyak maknanya, seperti bentuk ungkapan atau penghormatan, ungakapan atas rasa kegembiraan dari kemengan dalam moment tertentu dan sebagainya.
Umat St. Maria Asiti, Pada saat perarakan masuk gereja memang memang suasananya sangat berbeda dari yang biasanya, di mana terlihat semua umat yang hadir dalam Perayaan Minggu Palma tersebut mereka ikut dalam dansa, tua-muda, laki-laki perempuan semua bergandengan tangan memeriahkan Perayaan Minggu Palma.
Akhirnya saya boleh dapat mengambil kesimpulan bahwa selama ini, hampir yang terjadi dalam setiap perarakan pada minggu Palem khususnya umat di daerah pedalaman, hanya sebagian kelompok orang yang bisa ikut bernyanyi saat perarakan mengapa? Bagi saya alasannya adalah karena mereka tidak tau lagu, atau tidak memahami makna dari lagu tersebut.