Kesaksian Tentang Tokoh Pejuang dari Amungme, Bapak Thom Beanal: “Hidup dan Mati Untuk Tanah Papua”

144
Bapak Thom Beanal (Sumber foto: The Papua Journal)

Pengantar
Hari ini Sabtu 11 Mei 2024, saya membaca WA dari adik Markus Haluk selaku koordinator penulisan buku tentang sosok seorang Bapak Thom Beanal yang memberikan informasi tentang perkembangan sumbangan penulisan. Maka saya juga mencoba menulis walaupun pengalaman bersama Bapak Thom Beanal tidak seberapa namun dari cerita sepintas dengan sejumlah pihak mau pun baca sejumlah tulisan yang sedikit terkait Bapak Thom Beanal membantu saya untuk menulis tentang tokoh dari tanah Amungme ini .

Thom Beanal “Hidup dan Mati Demi Tanah Papuaā€¯
Thom Beanal termasuk salah satu orang yang langsung menyaksikan-mengalami “Perebutan Tanah Papua antara Pemerintah Belanda dan Pemerintah Indonesia. Pengalaman itu terus membekas seluruh hidup Thom Beanal sehingga Thom Beanal setelah dewasa dan bekerja Thom memilih jalan yang tidak diminati oleh kebanyakan manusia terutama manusia Papua. Hal ini dapat dibuktikan dengan berapa pengalaman yang dialami oleh Thom Beanal.

Tinggalkan Kursi Empuk DPRD Kabupaten Fakfak Pemilihan 1971
Berdasarkan cerita dari berapa orang yang mengenal Bapak Thom Beanal diantaranya Pater Yan Warpopor dan Diakon Thomas Hae bahwa seorang senior se-almamater ATK-STTK- STFT”Fajar Timur kini, Thom Beanal adalah seorang luar biasa. Apa luar biasanya? Luar biasanya itu bahwa Thom Beanal masih kuliah sudah dicalonkan masuk DPRD Kabupaten Fakfak Pemilihan Umum 1971, ketika Misa perutusan tugas pelayanan sebagai petugas Pastoral Awam bagi Keuskupan Jayapura, seorang pelayannya lagi dilantik sebagai anggota DPRD Kabupaten Fakfak, hanya dibacakan namanya Thom Beanal dari masa muda sudah berminat untuk terlibat pada dunia SOSIAL POLITIK. Sayang bahwa tugas yang diembannya tidak bertahan lama karena ketika kasus Agimuga berdarah 1977, Thom Beanal masuk dalam spionase TNI. Akhirnya Thom Beanal dengan berani melepaskan kursi empuk DPRD Kabupaten Fakfak dengan sikap percaya diri bahwa DPRD itu bukan tempat yang pantas bagi dirinya.

Kembali ke Cita-cita Awal
Seorang Thom Beanal memang luar biasa, setelah mengalami pengalaman pahit dikursi DPRD Kabupaten Fakfak, Thom mau kembali menjadi pelayan Tuhan Yesus bagi umat yang dilayani. Thom Beanal sadar betul bahwa yang bisa membuat dirinya gembira lagi adalah Tuhan Yesus yang telah memanggilnya keluar dari daerah Tsenga-Homeo daerah Pegunungan Kartens yang penuh dengan susu dan madu. Thom Beanal mendapat kekuatan dari Tuhan Yesus untuk menjadi Pastor Awam di Keuskupan Jayapura, demi melayani jiwa-jiwa yang membutuhkan sentuhan kasih melalui pelayanannya. Thom Beanal lewat tugasnya sebagai Pastor Awam turut menguatkan Iman umatnya dari perlakuan tragis TNI-POLRI. Ada kisah menarik bahwa pada saat Thom tugas sebagai Pastor Awam disalah satu Paroki dilembah Baliem, Thom ditangkap oleh TNI-POLRI, dijebloskan ke penjara karena membela umatnya yang dipaksakan TNI-POLRI, untuk masuk Islam, lebih menyedihkan lagi ketika berada di penjara seorang anaknya meninggal. Dari pengalaman pahit ini mengantar Thom Beanal semakin yakin bahwa bersama Bangsa Indonesia ini Manusia Papua tidak punya masa depan yang CERAH atau dengan bahasa lain bersama Bangsa Indoneia tiada HARI tanpa PENDERITAN.

Melawan Kejahatan Freeport
Thom Beanal dengan MATA HATI yang BENING melihat bahwa kehadiran Freeport perusahan raksasa itu tidak memberi manfat bagi kehidupan Manusia “AMUNGME” sebagai pemilik tanah ulayatnya. Sikap melawannya Thom Beanal terhadap perilaku perusahan Freeport ditunjukkan dengan membentuk Yayasan dan juga mengajukan gugatan terhadap kehadiran perusahan Freeport ditanah AMUNGME-KOMORO, sekali pun Thom tahu bahwa pasti kalah dalam gugatan itu, namun satu hal penting adalah dengan gugatan menunjukkan bahwa kehadiran perusahan raksasa itu tidak membawa manfaat bagi MANUSIA AMUNGME-KOMORO dan Manusia Papua umumnya.

Mati Demi Papua
Demi cintanya pada Manusia Papua, maka tahun 1999, Thom Beanal,berani menjadi ketua tim seratus (100) menghadap Presiden B. J. Habibie, di Istana Negara. Thom Beanal sadar bahwa isi hati mereka pasti ditolak oleh Presiden, namun satu hal bahwa dengan keberanian membuat Pemerintah Indonesia tahu bahwa Manusia Papua sudah sadar akan sistem Pemerintah Indonesia yang menjalankan Pemerintahannya belum mendapat dalam HATI MANUSIA PAPUA . Dengan sebuah kesadaran yang besar Thom Beanal bersama Theys dan berapa manusia Papua yang mendiami tanah Papua dari Sorong sampai Merauke mengadakan MUSYAWARAH BESAR KEDUA ditahun 2000, bertempat di Gedung Olah Raga Cendrawasih Taman Imbi Kota Jayapura, dari Musyawarah besar itu dirinya bersama Theys dipilih sebagai pemimpin besar Rakyat Papua dari Sorong sampai Merauke, walaupun berjalan belum finis di tempat yang diharapkan.

Dengan Kematian Thom Beanal, Berakhirkah Perjuangan Bangsa Papua?
Kiranya dengan pertanyaan ini mengantar setiap anak Manusia Papua yang saat ini hidup dan bergerak silahkan merenung lalu mengambil sikap apa semangat Thom Beanal, masih dimiliki oleh generasi Papua saat ini ataukah sudah ditutupi dengan OTSUS, PEMEKARAN, DPRK, MRP, dan lainnya. Saya secara pribadi merasa Thom Beanal dan Theys mengorbankan hidup mereka demi Manusia Papua yang tidak bisa bersuara karena di BUNGKAM oleh kedudukan, Uang, OTSUS, yang menipulasi Hak Hidup Manusia di atas tanahnya sendiri, masih adakah manusia Papua punya NURANI BENING seperti Thom Beanal.

Penutup
Inilah tulisan saya yang tidak seberapa memberikan ulasan utuh tentang pribadi seorang Thom Beanal, biarlah tulisan yang kurang lengkap ini mengingatkan kita bahwa pernah ada seorang tokoh fenomenal yang pernah “HIDUP” ditengah kita. Salam menikmati surga abadi Thom Beanal putra Amungme. Salam adik Markus ini sedikit tulisan dari saya minta maaf bila belum menjawab harapan dari tujuan penulisan tentang sosok Thom Beanal.

Klasaman kota Sorong
P. Izaak Bame, Pr.