Fr. Anselmus Faan
Pengantar
Umat Katolik di dunia, termasuk Indonesia, khususnya umat Katolik di Papua, telah mengetahui bahwa setiap bulan Mei dan bulan Oktober merupakan bulan yang dikhususkan untuk menghormati Bunda Maria, ibu Yesus. Kedua bulan ini sama dalam hal menghormati Bunda Maria. Namun sejarah penetapannya berbeda yakni bulan Mei sebagai bulan Maria dan bulan Oktober sebagai bulan Rosario. Saya mencoba membahas tentang alasan mengapa umat Katolik berdevosi kepada Bunda Maria dengan melihat ibu Yesus menurut Kitab Suci, Dogma Maria dan mengapa bulan Mei dan Bulan Oktober.
Maria dalam Kitab Suci Perjanjian Baru
Kita melihat dalam Surat Paulus bahwa genap waktunya akan Allah mengutus Anak Manusia yang lahir dari seorang ibu. “Setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum taurat, supaya kita diterima menjadi anak” (Gal. 4:4-5). Selain itu, kita juga temukan dalam Injil Markus yang membahas mengenai seorang ibu: “Lalu datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus” (Mrk 3:31); Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon?” (Mrk 6:3). Figur Bunda Maria juga ditemukan dalam Injil Matius. “Yakub memperanakan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus” (Mat 1:16); ”Yesus dikandung dari Roh Kudus dan dilahirkan dari perawan Maria” (Mat 1:18-25). Di samping itu, dalam Injil Lukas dikisahkan mengenai kelahiran Yesus Kristus. Kabar bahwa Yesus akan lahir (bdk. 1:26-38). Bunda Maria menerima kabar dari Malaikat Tuhan dan pasrah pada Allah “jadilah padaku menurut perkataanMu (1:38). Logos (Firman Allah) itu manjadi antrhopos (manusia) di dalam rahim Bunda Maria. Bukti Firman yang menjadi manusia itu dilihat dalam perjumpaan antara kedua ibu yang sedang mengandung (1:39-56). Kedua ibu itu, yakni Marta dan Santa Maria yang mengandung Yesus.
Sementara itu, dalam Injil Yohanes, Bunda Maria berperan penting dalam pesta perkawinan di Kana. Pada waktu itu, Bunda Maria membisikan ke telinga Yesus perihal anggur telah habis. Dan atas permintaan Bunda Maria maka Yesus memohon berkat dan mengubah air menjadi anggur (bdk. 2:1-11). Selain itu, menjelang kematian Yesus di salib, Dia menyerahkan ibu-Nya kepada para murid (bdk. Yoh 19:27-28). Selain dalam Kitab Suci, kita temukan ada dogma-dogma (ajaran-ajaran) Maria.
Dogma-Dogma Maria
Pertama, Dogma Maria Bunda Allah (Theotokos). Pernyataan teologis mengenai Maria yang paling mendasar adalah Perawan Maria itu Bunda Allah. Gelar Theotokos (Bunda Allah) secara harafiah berarti “yang melahirkan Allah”. Maksudnya bahwa Santa Maria yang melahirkan Yesus Anak Allah yang menyelamatkan manusia dari segala dosa. Gelar ini diresmikan oleh konsili Efesus pada tahun 431.
Dogma yang kedua, yakni Maria Tetap Perawan. Ungkapan bahwa Santa Maria itu tetap perawan sebelum dan sesudah melahirkan sudah ada sejak abad VII, ketika diadakan sinode Lateran pada tahun 649. Ibu Yesus dikatakan bahwa: (1) Dia tetap perawan sebelum melahirkan. Artinya Maria mengandung dari Roh Kudus yang menaunginya tanpa Yesus diperanakan oleh seorang bapak insani. (2) Meria tetap perawan saat melahirkan. Artinya rahim Maria tetap utuh ketika Yesus lahir dari padanya. (3) Maria tetap perawan sesudah melahirkan. Artinya Maria tidak pernah bersetubuh sehingga juga tidak ada saudara-saudara sekandung Yesus.
Ketiga, Dogma Kesucian Maria yang Sempurna Atau Maria Tanpa Dosa (Immaculata). Maria kudus sejak dikandung orang tuanya. Demi jasa Yesus yang akan menebus bangsa manusia dari dosa, Maria sebelumnya sudah dihindarkan Allah dari noda dosa asal. Sedangkan semua orang lain oleh penebusan ini dibebaskan dari dosa.
Dogma keempat, Maria Diangkat ke Surga dengan Jiwa Raganya (Assumptio). Menurut rencana keselamatan Allah merupakan hasil kedekatan Maria pada Kristus. Maria dimuliakan dalam dan pada Allah. Maria bersatu seerat-eratnya dengan Tuhan yang telah bangkit. Pemuliaan Maria yang mencakup kebangkitan badannya berarti bahwa keserupaannya dengan Yesus, Anaknya, matang sepanjang hidupnya berkat iman kepercayaannya yang total kepada Allah (Nico Syukur Dister, 2004: 465-471).
Devosi Rosario
Istilah devosi berasal dari Bahasa Latin, devotio (dari kata kerja devovere), yang berarti kebaktian, pengorbanan, penyerahan, sumpah, kesalehan, cinta bakti. Maka menurut arti katanya, devosi menunjuk sikap hati dan perwujudannya dimana seseorang mengarahkan diri kepada seseorang atau sesuatu yang dijunjung lebih tinggi dan dicintai.
Sedangkan dalam tradisi Kristiani, devosi biasa dipahami sebagai bentuk penghayatan dan pengungkapan iman Kristiani di luar liturgi resmi. Devosi mengalir dari rasa dan pengalaman religious (Rohani), sesuatu yang memenuhi kebutuhan afeksi, emosi, dan kerinduan hati.
Sedangkan rosario, secara harafiah atau asal katanya rosario berasal dari Bahasa Latin, rosarium yang berarti karangan bunga mawar, entah mawar putih, merah atau kuning. Gereja sendiri, bahkan melalui para paus, menganjurkan doa rosario, bahkan menentukan bahwa bulan Mei dibaktikan sebagai bulan Maria dan bulan Oktober sebagai bulan rosario (E. Martasudjita, 201: 147-148).
Salah satu alasan bulan Mei sebagai Bulan Maria adalah iman Paus Pius VII. Pada tahun 1809, para serdadu Napoleon menangkap Paus Pius VII dan memenjarakan dia. Di dalam penjara, Paus terus berdoa novena rosario. Dia memohon kepada Allah bersama Maria agar dirinya dapat dibebaskan dari penjara dan penderitaan yang dialaminya. Berkat doanya tersebut, Paus dibebaskan dari penjara. Atas hal itu maka dia pun mengumumkan agar bulan Mei sebagai bulan khusus untuk devosi rosario.
Sedangkan Bulan Oktober ditetapkan sebagai bulan Rosario karena pertempuran Lepanto pada tahun 1571. Pada waktu itu Negara-Negara Eropa yang beragama Kristen diserang oleh kerajaan Ottoman. Dalam perang ini, jumlah anggota Kristen di Spanyol, Genoa, dan Venesia lebih sedikit dibandingkan jumlah pasukan perang Turki.
Menghadapi ancaman ini, Don Juan/John dari Austria selaku komondan armada Katolik, berdoa Rosario memohon pertolongan Bunda Maria. Demikian pun, umat di seluruh Eropa berdoa Rosario untuk memohon pertolongan Bunda Maria. Paus Pius bersama-sama dengan umat berdoa Rosario di Basilika Sta. Maria Maggiore pada tanggal 7 Oktober 1571. Pada akhirnya pasukan Katolik menang pada tanggal 7 Oktober 1571. Kemudian Paus Pius V menetapkan peringatan Rosario dalam misa di Vatikan setiap 7 Oktober.
Penutup
Devosi Rosario adalah menghormati Bunda Maria sebagai Bunda Allah, Ibu Yesus, yang melahirkan Yesus sebagai penebus umat manusia dari dosanya. Bunda Maria dikhususkan Allah dari manusia lain untuk mengandung dan melahirkan Yesus. Rahim Maria sebagai lahan keselamatan. Di dalam Rahim Maria, Firman Allah menjadi manusia Yesus. Alasan inilah umat melakukan dovosi Rosario pada bulan Mei dan Oktoober untuk menghormati Ibu Yesus. Umat tidak menyembah Maria. Yang disembah hanyalah Allah Trinitas (Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus).
Referensi
Dister, Nico Syukur. 2004. Teologi Sistematika 2 Ekonomi Keselamatan. Yogyakarta: Kanisius.
Martasudjita, Emanuel. 2011. Liturgi Pengantar dan Praksis Liturgi. Yogyakarta: Kanisius.