Berbagi Cerita Tentang Kerajaan Marokko

244
RD. Zepto Triffon Polii. Pastor Paroki Gereja Sto. Albertus Agung Teminabuan

KOMSOSKMS.ORG – Dalam dua hari terakhir ini, kita mendengar dan menyaksikan kabar pilu: gempa bumi di Marokko. Pada hari ini, Minggu, 10 September 2023, malam, saya membaca berita: lebih dari dua ribu orang meninggal akibat gempa ini. Pilu dan sedih. Saya merinding setiap kali menyaksikan tayangan gempa Marokko itu di kanal YouTube dan TikTok. Mengapa? Marokko penuh kenangan.

Marokko, sebuah kerajaan tua yang kaya akan latar sejarah. Kota-kota tuanya meninggalkan jejak kejayaan peradaban masa lalu. Sebut saja salah satunya: teknik membangun gedung. Bangunan bertingkat-tingkat, terbangun dari lumpur bercampur jerami. Tanpa batangan besi. Luar biasa.

Medina, Kota Di Dalam Kota

Kota-kota tua dan penting misalnya Marrakesh, Fez, Meknez, Chefchauen. Kita menemukan kawasan kota tua di dalam kota-kota tersebut yang kini semakin berwajah modern. Terdapat kota tua di dalam kota modern. Lazim disebut juga ‘medina’ artinya: kota (tua). Ada pintu gerbang, dan dinding tebal keliling medina. Bangunan-bangunan di dalam medina kecil dan sempit, pada tapi bertingkat (bahkan, bisa sampai lima lantai) dengan taman kecil di tengah. Pada beberapa rumah di dalam medina itu ditemukan kolam dan air mancur.

Jalan-jalannya sempit. Hanya sekitar 2,5m lebarnya. Lorong-lorongnya sangat-sangat banyak dan bercabang. Lebih menyedihkan bagi pendatang baru: jalan-jalan itu tak terbaca oleh Google Maps. Seorang penduduk lokal di Marrakesh berujar bahwa penduduk Marrakesh dari kawasan pemukiman modern bisa-bisa hilang jalan di medina-nya Marrakesh.

Medina ini kecil, sempit dan padat. Ramai sekali, namun bersih. Kecuali toko dan pasar, ada pula rumah tinggal penduduk dan penginapan sederhana dan tentu saja: masjid.

Agama

Peradaban Islam sangat kental; ia tumbuh bersama dengan keyahudian sudah sejak abad-abad awal. Kekristenan pernah ada pada abad ke-7 lalu hilang. Sepertinya kekristenan baru mulai mengakar lagi pada zaman modern, abad ke-19 dan 20. Kini, tiga agama samawi ini, anak-anak Abraham, tumbuh berdampingan sebagai satu keluarga, dalam satu rumah: Marokko.

Gereja Katolik ada. Tapi, di kawasan kota modern. Oh ya, kardinal pertama dan satu-satunya untuk Marokko baru diangkat tahun 2019 lalu, dan berkedudukan di Rabat, ibukota kerajaan. Meskipun si Kardinal, Christobal Romero Lopez, seorang Salesian warga keturunan Spanyol yang pernah lama berkarya di Paraguay dan Bolivia, dia tetap sangat disegani oleh keluarga Kerajaan dan kaum muslim Marokko. Disebut-sebut bahwa Kardinal Christobal adalah pembisik Paus Fransiskus.

Melihat Marokko

Tujuh bulan lalu, Februari, saya mengunjungi Kerajaan Marokko. Sempat tinggal beberapa hari di Marrakesh, Fez, dan Gorges Dades di kawasan pegunungan. Oh ya, sempat juga bermalam di Gurun Sahara, persisnya di dekat Merzouga. Kecuali mengunjungi beberapa kota dan tempat penting dan historis, saya juga berinteraksi dengan penduduk lokal setempat, utamanya di area perkampungan. Personally Ongoing Formation and Upgrading Programme 2023.

Satu hal mencolok yang membuat saya sangat-sangat kagum adalah mereka membangun lahan pertanian di tengah padang pasir dan lahan gersang berbatu. Terik matahari sangat menyengat, sepanjang tahun, bahkan di kawasan Pegunungan Atlas yang berselimut salju.

Buah-buahan dan sayur-mayur mereka produksi. Bukan hanya berlimpah, tetapi juga berkwalitas tinggi. Ukuran apel dan jeruknya besar-besar, pelbagai jenis kacang-kacangan mereka hasilkan. Pasar-pasar menjual produk lokal. Semuanya berkelas.

Peternakan mereka utamanya kambing dan domba. Orang Marokko menciptakan sabana di tengah tanah gersang. Ya, supaya kambing domba mereka bisa hidup. Mereka menciptakan waduk-waduk penampungan air supaya para warga tak kehausan kala paceklik.

Gempa Vs Daya Juang

Kini, gempa sekejab telah menghancurkan kota dan kampung mereka, terutama Marrakesh. Bangunan kebanggaan dan harta warisan mereka berantakan. Tak terhitung nilai material harta benda yang rusak. Dan, yang terpenting: ribuan nyawa melayang. Bukan hanya orang-orang mati, tapi juga, hilangnya sejumlah generasi. Raja mengumumkan tiga hari perkabungan nasional. Marokko kehilangan banyak. Menurut kabar dari beberapa kantor berita, bangunan-bangunan di kawasan luar kota rata tanah.

Namun, perjalanan sejarah dan bukti peradaban yg Marokko miliki selama ini bisa membuktikan bahwa Marokko pasti bisa bangkit lagi. Mereka bisa! Mengapa? Semangat dan inisyatif, perjuangan untuk hidup di tengah kerasnya alam telah mendidik orang Marokko untuk berjuang dan bertahan hidup. Generasi demi generasi para leluhur Marokko bisa hidup dan berbuah di atas padang pasir dan lahan gersang berbatu dengan debit air yg sangat minim. Pastilah perjuangan tangguh telah menjadi unsur genetik kehidupan mereka.

Belajar Dari Marokko

Saya sering malu ketika sadar bahwa rupanya Tuhan “terlalu sayang” kepada bangsa Indonesia, khususnya seganap manusia penghuni Tanah Papua. Kita bukan saja kaya tetapi juga berlimpah-limpah akan sumber-sumber alam, darat, laut, bahkan udara. Hal ini kadangakala membuat kita terbuai. Manja, kehilangan daya dorong, kehilangan semangat berinisyati dan berusaha. Terbuai merupakan awal dari kejatuhan, juga awal dari kemiskinan. Sebaliknya, semangat berinisyatif, berusaha, dan berjuang merupakan kebajikan hidup manusiawi serentak kristiani.

Dalam semangat solider, kita bersatu hati dan berdoa bagi para korban meninggal gempa Marokko. Juga, semoga mereka yang sedang dirawat di rumah sakit, dan semua di tenda pengungsian dilindungi terus. Semoga banyak pihak tergerak untuk membantu mereka dalam kesusahan.

Dan, semoga kita dan keluarga dan semua unat yang kita layani, terus terjaga dan terlindungi dalam Tuhan.

Salam
P. Zepto-Triffon Polii
Teminabuan