Hidup yang Lebih Bermakna (Lukas, 6:6-11)-5 September 2022

5
Apakah untuk menyelamatkan orang lain kita mesti mengikuti prosedur atau apakah untuk melakukan kebaikan kita mesti mengikuti aturan-aturan tertentu? Jika kita menyimak warta injil suci hari ini dengan baik, kita menemukan bahwa Yesus Justru mendapatkan perlakuan yang buruk dari ahli taurat dan orang farisi. Alasannya sederhana karena Yesus melanggar hari sabat, dengan menyelamatkan seseorang yang mati tangan kanannya alias cacat. Ahli-Ahli taurat dan orang farisi merasa terganggu dengan kebaikan yang telah Yesus lakukan yakni menyelamatkan orang yang cacat pada hari sabat, hari yang menurut mereka hari yang sangat suci, hari yang dikususkan untuk Tuhan.

Ahli-ahli taurat dan orang farisi memang sangat taat pada peraturan hari sabat, ditambah lagi mereka memiliki sentimen negatif kepada Yesus, sehingga kebaikan apapun yang Yesus lakukan tetap saja tidak masuk dalam akal sehat mereka. Yesus mengetahui pikiran mereka, dan berani untuk melawan kemapanan konsep keliru yang tidak menyelamatkan manusia.  Yesus adalah Tuhan atas hari sabat. ini istilah yang muncul dalam ketiga injil sinoptik, Matius, Markus dan Lukas. Hari sabat untuk manusia dan bukan manusia untuk hari sabat, jadi anak manusia adalah juga Tuhan atas hari sabat. (Markus, 2: 27-28).

Ahli taurat dan orang farisi seturut injil hari ini, menurut hemat saya masuk dalam kategori manusia yang hanya fokus pada pemikiran mereka sendiri, mereka tidak peduli pada perasaan dan situasi orang lain, barangkali kalau kita menilai mereka pada konteks saat ini, mereka adalah orang yang berwawasan sempit dan tidak terbuka untuk menerima kebenaran dari sisi lain atau dengan ungkapan yang lebih kerennya mereka adalah hatersnya Yesus. Namun tidak sesederhan itu, kita menilai. Bagaimanapun mereka mempunyai sisi baik dan sisi buruknya. sisi baik dan buruk ini ada pada manusia pada umumnya. Dan justru karena gabungan dari dua sisi inilah kita menjadi manusia.

Kita adalah manusia yang berjuang untuk memberi makna pada kehidupan kita masing-masing yakni memperjuangkan kebaikan, dan meminimalisir adanya keburukan. Kita semua sedang bergulat dengan kondisi hidup kita masing-masing, terutama membuat hidup agar lebih bermakna. Hidup yang bermakna adalah apabila kita bermanfaat bagi orang lain. Dengan memancarkan kebaikan tanpa batas pada dunia sekitar kita, terutama dalam tugas dan karya kita masing-masing.  (Mateus Syukur)

RD. Mateus Syukur.