Fr. Ino Mori, SVD
Selayang Pandang
Sebelum menarasikan tentang seorang imam baru-pastor Iven, Saya secara pribadi kurang mengenal pastor Iven secara lebih mendalam. Oleh karena itu, saya menulis seadanya tentang pastor Iven sebagai imam baru yang saya peroleh informasi saat tahbisannya pada Minggu 21 Mei 2023. Selain itu, saya juga mengenal pastor Iven dari setiap perjumpaan dan candaan lepas dan juga tulisan beliau tentang pendidikan Papua di salah satu majalah Keuskupan Manokwari-Sorong.
Terlepas dari kualitas pengenalan pribadi antara saya dan pastor Iven dan agar tulisan ini tidak bersifat subyektif saya coba mengulas tentang sang pastor dalam konteks panggilan Allah sebagai misteri. Namun, tulisan ini juga tidak memiliki referensi yang bersifat ilmiah. Oleh karena itu tulisan ini lebih kepada semacam refleksi panggilan sebagai misteri dalam diri sang pastor.
Kepribdian Otentik
Enam belas tahun silam ketika pastor Iven berada di Seminari menengah menjadi titik awal untuk melihat kepribadiaannya yang otentik. Pastor Iven seorang asli dari Aifat-Maibrat, berasal dari keluarga sederhana dan bertempat tinggal di SP.1 Klamalu Sorong itu terkesan anak yang bandel dan nakal demikian kesaksian dari Bapa Uskup Manokwari Sorong dalam kotbah misa pentahbisan pastor Iven dan juga beberapa guru yang pernah menjadi pengajar dari pastor Iven. Sebagai anak kecil, pada masa itu tidak jarang pastor Iven sering bermain lumpur atau biasa disebut bermain pecek.
Dari segi kemampuan intelek, pastor Iven dibilang kurang terlalu menonjol bahkan terkesan siswa yang kurang mampu secara initelek sehingga pastor Iven tidak lulus ujian akhir kelas tiga SMP Seminari Petrus van Diepen. Tetapi kemudian lulus dengan hasil sangat memuaskan setelah ujian susulan. Selain itu, Tidak lulus TOEFL sebagai persyaratan untuk melanjutkan program studi strata dua (S-2) pada Fakultas Filsafat Unpar Bandung, walaupun kemudian lulus setelah ujian ulang dan memperoleh nilai melampui standar, amat luarbiasa. Dari dua kriteria penilaian atau standar hidup seorang calon imam, tampaknya di luar dari harapan para guru dan Pembina bahwa kelak pastor Iven akan menjadi imam Tuhan.
Memang mengikuti panggilan Allah bukan hal mudah demikian komentar pembuka misa pentahbisan pastor Iven. Ada jatuh-bangun, bahagia-sedih dan bahkan harus berderaian air mata. Tetapi Tuhan selalu memandang orang yang tulus yang selalu berjuang untuk mengembangkan talenta yang telah Tuhan berikan. Tuhan berkenan pada orang yang memiliki kepribadian otentik-tanpa kepalsuan.
Hidup selalu bersifat dinamis. Dari berbagai kelemahan sebagai seorang manusia biasa, Pastor Iven berubah menjadi orang yang memiliki kemampuan yang mumpuni hingga menampatkan pendidikan S2 dengan predikat lulusan terbaik. pastor Iven berubah menjadi pribadi yang ramah, mudah bergaul dan seorang yang ceria. Pada hakekatnya Panggilan harus membuat orang bahagia. Ia telah mengembangkan talenta yang telah Tuhan berikan kepadanya.
Panggilan Sebagai Misteri
Seorang calon imam yang masa kecilnya dinilai sebagai pribadi yang nakal, di luar dari harapan atau dengan kata lain tidak mungkin menjadi imam. Kepribadian yang otentiklah membuat dirinya tanpa rasa takut dan ragu mengahadap dan memberikan surat lamaran kepada Bapa Uskup Manokwari-Sorong tanpa melalui prefek atau pamong asrama sebagaimana lazimnya.
Pastor Iven menjadi representasi dari misteri panggilan Allah. Panggilan Allah bersifat misteri yang terkadang di luar batas kemampuan dan penilaian manusia. Bagaiamana mungkin seorang anak yang nakal, bandel, kemampuan intelek yang tidak mumpuni menjadi seorang pastor. Sebab, pada umunya Kelemahan manusiawi merupakan standar universal serentak adanya keraguan untuk menjadi seorang imam atau setidaknya menjadi standar di mata para Pembina dan juga para guru bahwa yang bersangkutan (baca:pastor Iven) tidak layak untuk menjadi seorang imam.
Panggilan itu bersifat misteri ketika orang selalu menilai bahwa anak yang baik, pintar, pandai, saling menghormati, terbuka dan mudah bergaul akan menjadi imam. Padahal, belum tentu orang yang pintar, baik, dan pandai akan menjadi imam. Sekali lagi belum tentu, bukan berarti tidak ada. Sebaliknya seorang anak yang nakal memiliki kemampuan intelek yang terbatas sulit menjadi imam atau tidak akan menjadi imam. Akan tetapi, ada yang menjadi imam dan pastor Iven telah menunjukan hal itu. Di sinilah letak panggilan sebagai misteri. “Sebab segala sesuatu mungkin bagi Allah” sebagaimana motto tahbisan dari pastor Iven Kocu, sendiri.
Profisiat pastor muda, imam Tuhan
Sebab segala sesuatu mungkin bagi Allah