
SORONG, KOMSOSKMS.ORG – Suasana sore hari di Gereja Katedral Kristus Raja Sorong dipenuhi dengan kegembiraan ketika umat berbondong-bondong menghadiri Perayaan Ekaristi Pentahbisan Diakon dan Imam, Senin, 8 Desember 2025. Sejak sebelum misa dimulai, halaman dan ruang utama Katedral telah dipadati umat yang datang untuk memberikan dukungan dan doa bagi para calon tertahbis.

Perayaan Ekaristi dipimpin secara khidmat oleh Uskup Keuskupan Manokwari-Sorong, Mgr. Hilarion Datus Lega, selaku selebran utama dan didampingi oleh puluhan imam konselebran. Nuansa syukur dan kesakralan terasa kuat sejak awal perayaan, terlebih ketika umat menyadari bahwa hari itu Gereja lokal kembali dianugerahi tenaga pelayan baru.
Penyertaan Tuhan yang Memampukan
Suasana perayaan tahbisan pada pesta Santa Maria Immaculata ini menjadi semakin istimewa ketika Uskup Manokwari–Sorong, Mgr. Hilarion Datus Lega, menyampaikan homili tahbisan yang sarat makna, khususnya bagi para calon imam dan diakon yang hari itu menerima Sakramen Tahbisan.

Dalam homilinya, Mgr. Hilarion Datus Lega menegaskan bahwa penyertaan Tuhan adalah fondasi yang menghidupi seluruh perjalanan iman manusia. Mengawali refleksinya dari bacaan Injil hari raya Immaculata, beliau menyoroti bahwa tanpa penyertaan Tuhan, Maria tidak mungkin memiliki keberanian dan keteguhan untuk menjawab “Ya” kepada panggilan Allah.
“Tanpa penyertaan Tuhan, kita tidak bakal menyaksikan Maria begitu rela menjawab “ya” kepada panggilan Tuhan. Tanpa penyertaan Tuhan, tidak ada Maria dengan ketahanan uji dan iman yang sekuat itu,” tegasnya.

Uskup Datus juga mengaitkan tema penyertaan Tuhan dengan keseluruhan Kitab Suci. Injil-injil sinoptik dibuka dengan pengakuan tentang Immanuel, Tuhan yang menyertai umat-Nya. Injil Yohanes meski berbeda gaya, tetap menampilkan ciri khas penyertaan Tuhan lewat gambaran Sabda sebagai terang dan kebenaran. Bahkan di akhir Kitab Wahyu, seruan Maranatha—“Datanglah ya Tuhan”—kembali menegaskan kehadiran Tuhan yang terus dimohonkan dalam hidup umat-Nya.
Beliau menjelaskan bahwa gagasan penyertaan Tuhan bukanlah konsep baru, melainkan sangat purba. Bahkan Nabi Yesaya, yang hidup lebih dari seribu tahun sebelum kelahiran Yesus, sudah menegaskan pesan Tuhan, “Jangan takut, Aku menyertai kamu.” Menariknya, salah satu calon imam yang ditahbiskan hari itu menjadikan potongan sabda dari Nabi Yesaya sebagai moto imamatnya.
“Bayangkan betapa purbakalanya gagasan mengenai Tuhan menyertai umat-Nya. Karena tanpa penyertaan Tuhan kita bukan apa-apa, bukan siapa-siapa,” ungkap Uskup.

Penyertaan Tuhan Menguatkan Pelayan Gereja
Dalam konteks imamat dan diakonat, Uskup Datus menekankan bahwa rahmat tahbisan memampukan manusia yang lemah untuk mengambil bagian dalam karya ilahi. Penyertaan Tuhanlah yang membuat seorang imam atau diakon mampu menjalankan tugas dengan berani dan setia.
Beliau menggambarkan penyertaan Tuhan sebagai kehadiran yang selalu menyertai—di depan, di tengah, dan di belakang—seperti semboyan Tut Wuri Handayani yang mendorong dan membimbing.
“Tidak takut bukan karena kesombongan atau merasa tahu segalanya, tetapi karena Tuhan yang menaungi dan membimbing,” ujarnya.

Keberanian di Tengah Dunia yang Berubah
Mgr. Hilarion Datus Lega juga mengingatkan bahwa zaman yang cepat berubah membutuhkan pribadi-pribadi yang memiliki keberanian sejati. Keberanian itu tidak datang dari kekuatan diri semata, melainkan lahir dari kedekatan dengan Tuhan yang terus berjalan bersama.
Suara Tuhan yang berbicara di kedalaman hati, kata beliau, menjadi kompas yang tidak pernah menipu. Meski manusia tetap rapuh dan tidak sempurna, penyertaan Tuhan membuat para pelayan Gereja mampu berdiri teguh.

Penguatan bagi Para Calon Imam dan Diakon
Mengakhiri homilinya, Uskup memberikan pesan khusus kepada para frater dan diakon yang ditahbiskan pada hari itu. Ia menegaskan bahwa kekuatan sejati dalam imamat dan diakonat tidak hanya datang dari dukungan umat atau suasana sukacita tahbisan, tetapi terutama dari Tuhan sendiri yang setia mendampingi.
“Tuhan yang berjalan bersama, Tuhan yang mendukung, yang memberanikan, dan pada akhirnya Tuhan yang memberi jalan,” tegas beliau.
Prosesi Pentahbisan yang Mengharukan
Bagian yang paling menyentuh dalam perayaan adalah saat para calon imam menelungkup di hadapan altar—sebagai tanda penyerahan diri total kepada Allah. Dalam keheningan yang sakral, umat melantunkan Litani Para Kudus, memohon doa para kudus bagi mereka yang akan ditahbiskan.
Setelah itu, Uskup menumpangkan tangan dan membacakan Doa Tahbisan, diikuti dengan penyerahan busana serta perlengkapan liturgi. Dengan ritus tersebut, para calon resmi ditahbiskan menjadi Diakon dan Imam baru untuk Keuskupan Manokwari-Sorong.
Tiga imam baru, yaitu Pastor Charles Sipangky, Pr, Pastor Esebidius Kambia, Pr, dan Pastor Yohanes Seran, O.Carm, kemudian dikenakan stola serta kasula oleh imam pendamping. Sementara itu, para diakon baru—Diakon Yakobus Bobby Arwalembun, OSA, Diakon Simon Welerubun, OSA, dan Diakon Carlos Filipe Ximenez Belo Sedik, OSA—menerima stola diakonat sebagai tanda tugas pelayanan sabda, altar, dan karya kasih.
Tepuk tangan meriah menggema di seluruh gereja, menandai sukacita mendalam umat atas bertambahnya pelayan baru Gereja.
Harapan Baru bagi Gereja Lokal
Pentahbisan ini menjadi tanda harapan baru bagi Gereja lokal yang terus bertumbuh dalam iman dan pelayanan. Umat berharap para imam dan diakon baru dapat menjadi gembala yang setia, rendah hati, dan penuh semangat dalam mewartakan Injil Kristus, terutama di wilayah-wilayah misi Keuskupan Manokwari-Sorong.

Perayaan diakhiri dengan sambutan perwakilan para tertahbis. Mewakili rekan-rekannya, Pastor Esebidius Kambia menyampaikan rasa syukur atas penyelenggaraan Allah dan ucapan terima kasih kepada keluarga, formator, dan seluruh umat yang telah mendoakan perjalanan panggilan mereka.
“Perayaan Tahbisan ini dapat berjalan dengan baik karena belas kasih Allah dan dukungan dari berbagai pihak. Kami mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dan doa yang mengiringi proses ini,” ujar Pastor Esse.

Surat Keputusan Tugas Perutusan
Dalam kesempatan tersebut, Uskup Datus juga membacakan Surat Keputusan penugasan bagi tiga imam baru:
Pastor Charles Sipangky, Pr ditugaskan sebagai Pastor Rekan di Praparoki Suausapor.
Pastor Esebidius Kambia, Pr dipercaya menjadi Pastor Praparoki di Maripi, Manokwari. Setelah dua tahun berkarya, ia akan melanjutkan studi Teologi Moral di Universitas San Anselmo, Roma.

Pastor Yohanes Seran, O.Carm akan menjalankan tugas sebagai Prefek di Seminari Petrus van Diepen, Sorong sesuai kesepakatan dengan pimpinan Ordo.
Syukuran dan Sukacita Bersama
Usai misa, umat berkesempatan memberikan ucapan selamat kepada para tertahbis dalam suasana penuh keakraban dan persaudaraan. Perayaan dilanjutkan dengan acara syukuran di Aula Rex Mundi serta di halaman Katedral.

Momentum ini tidak hanya menjadi hari bersejarah bagi para imam dan diakon baru, tetapi juga menjadi tonggak penuh harapan bagi Gereja lokal—Gereja yang terus bertumbuh, diperkaya dengan pelayan-pelayan baru yang siap diutus untuk mewartakan terang Kristus di tengah dunia.
Perayaan Tahbisan 8 Desember 2025 di Katedral Kristus Raja Sorong kembali menegaskan bahwa penyelenggaraan Allah selalu bekerja, menghadirkan para pelayan baru untuk menuntun umat dalam perjalanan iman.




