TIGA CALON DIAKON OSA SIAP DIUTUS: MENJAWAB PANGGILAN ALLAH DALAM KEHENINGAN, PELAYANAN, DAN KASIH

140
Dari Kiri ke Kanan: Fr. Carlos Filipe Ximenez Belo Sedik, OSA, Fr. Yakobus Bobby Arwalembun, OSA, Fr. Simon Welerubun, OSA

SORONG, KOMSOSKMS.ORG  — Ordo Santo Agustinus (OSA) kembali bersukacita atas kehadiran tiga putra terbaik yang siap menerima tahbisan diakonat di Gereja Katedral, 8 Desember 2025. Perayaan dipimpin oleh Uskup Manokwari-Sorong, Mgr.  Hilarion Datus Lega.

Mereka adalah Fr. Yakobus Bobby Arwalembun, OSA, Fr. Simon Welerubun, OSA, dan Fr. Carlos Filipe Ximenez Belo Sedik, OSA. Ketiganya datang dari latar belakang dan pengalaman hidup yang berbeda, namun dipersatukan oleh satu semangat: menjawab panggilan Tuhan dengan hati yang taat dan penuh pengabdian.

Fr. Yakobus Bobby Arwalembun, OSA

1. Fr. Yakobus Bobby Arwalembun, OSA
“Hati yang gelisah menemukan damai hanya dalam Tuhan”**

Fr. Yakobus Bobby Arwalembun—akrab disapa Fr. Bobby—lahir di Sorong pada 4 Mei 1997 sebagai anak pertama dari dua bersaudara, pasangan Emanuel Arwalembun dan Saveria Sarbunan. Sejak kecil, Fr. Bobby dibesarkan dalam lingkungan Gereja yang aktif. Pendidikan imannya dirawat melalui Sekami, kegiatan kategorial, serta pelayanan misdinar di Paroki Emaus.

Benih panggilannya tumbuh semakin kuat ketika ia melanjutkan pendidikan di SMP–SMA YPPK Seminari Petrus van Diepen, di mana ia mengalami disiplin hidup doa, kesunyian, dan ketenangan batin yang mengarahkannya pada jalan imamat. Persentuhan mendalam dengan spiritualitas Agustinus terjadi ketika ia membaca buku Augustinus Tahanan Tuhan yang diberikan oleh Pater Arnold Neizent, OSA. Kesaksian hidup St. Agustinus mengenai “hati yang gelisah sebelum beristirahat dalam Allah” menyentuh batinnya dan menguatkan pilihannya untuk masuk Ordo Santo Agustinus.

Jejak formasinya cukup panjang
Dari Novisiat <span;>Klagana (2015–2016), Kaul Pertama 2016, hingga Kaul Kekal 1 Agustus 2021. Ia merampungkan studi filsafat–teologi di STFT Fajar Timur Abepura (S1 tahun 2020) dan menyelesaikan Magister Teologi Pastoral (S2). Pengalaman pastoralnya ditempa melalui TOP di Paroki Imanuel Sanggeng Manokwari (2020–2021) serta TOK di Pra Paroki St. Ambrosius Suswa, Maybrat (2021–2022).

Dalam refleksi panggilannya, Fr. Bobby menegaskan bahwa ia memilih hidup religius bukan karena dunia ini kosong, tetapi karena “ketenangan hanya ditemukan dalam keheningan bersama Tuhan.” Ia merasa dipanggil untuk mencintai Allah melalui pelayanan bagi mereka yang kecil, miskin, dan tersisih. Moto diakonatnya, “Inilah aku, utuslah aku!” (Yes 6:8), menjadi pernyataan penyerahan diri total kepada Allah, agar hidupnya sungguh menjadi alat dalam tangan Tuhan.

 

Fr. Simon Welerubun, OSA

2. Fr. Simon Welerubun, OSA
“Merindukan Allah seperti merindukan kampung halaman”

Fr. Simon Welerubun, atau akrab dipanggil Emon, lahir di Reyaan pada 25 Mei 1995 sebagai anak bungsu dari tujuh bersaudara, putra pasangan Yakobus Tupan dan Saveriana Welerubun. Perjalanannya menuju panggilan imamat tidak dimulai dari seminari, tetapi dari pengalaman hidup sederhana sebagai perantau di Papua.

Sebelum masuk biara, ia bekerja sebagai buruh kasar. Meski penghasilan cukup, ia merasakan kehampaan batin karena hidup hanya untuk diri sendiri. Dari pergulatan itu tumbuh keinginan untuk memberikan diri bagi banyak orang. Keputusan memasuki hidup bakti dimulai di Aspirant Ayawasi (2013–2014), lalu Postulan di Aimas, dan akhirnya Novisiat Hippo Klagana (2015–2016).

Setelah kaul religius, ia menjalani studi filsafat–teologi di STFT Fajar Timur Abepura (2016–2020). Pelayanan pastoralnya ditempuh melalui TOP di Paroki St. Ambrosius Ubrub Jayapura dan TOK di Paroki Sta. Monika Kaimana (2021–2022). Ia menuntaskan pendidikan pascasarjana Master Teologi (2022–2025) di tempat yang sama.

Motivasi panggilannya bersumber dari spiritualitas Agustinus, khususnya ungkapan, “Aku merindukan Allah seperti kampung halamanku.” Kerinduan itu menggerakkan hatinya untuk terus berjuang melampaui segala keterbatasan. Moto diakonatnya, “Kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah” (2Kor 3:5), menjadi keyakinan bahwa segala karya perutusan hanya mungkin karena rahmat Tuhan yang memampukan.

Fr. Carlos Filipe Ximenez Belo Sedik, OSA

3. Fr. Carlos Filipe Ximenez Belo Sedik, OSA
“Menjadi pembawa damai di tengah umat”**

Putra asal Jayapura ini lahir pada 9 Desember 1996 dengan nama lengkap Fr. Carlos Filipe Ximenez Belo Sedik, OSA, anak ketiga dari enam bersaudara. Ia dibesarkan oleh kedua orang tuanya, Drs. Andreas Sedik, M.Si (Alm.) dan Once Anthonia Yeuyanan, S.Ag, dalam tradisi iman yang kuat. Pendidikan dasarnya dimulai di SD Inpres Youtefa, kemudian melanjutkan ke SMP–SMA Seminari Petrus van Diepen, tempat di mana panggilan imamat mulai menemukan bentuk.

Ia memasuki Novisiat Hippo Klagana pada 2015–2016, lalu menempuh studi filsafat–teologi di STFT Fajar Timur. Setelah menyelesaikan studi S1 (2020), ia menjalani TOP dan TOK di Paroki Santo Yosep Ayawasi—dua tahun penuh pembentukan pastoral yang memperdalam relasinya dengan umat serta tanggung jawab perutusan Gereja. Kini ia menuntaskan studi pascasarjana (2022–2025).

Bagi Fr. Belo, menjadi imam adalah perjalanan panjang penyerahan diri. “Panggilan ini bukan tujuan, tetapi perjalanan tak henti-henti untuk mencari Tuhan,” ujarnya. Ia menyadari bahwa hanya rahmat Allah yang menguatkan dan memampukannya bertahan setia. Moto diakonatnya, “Berbahagialah orang yang membawa damai” (Mat 5:9), melukiskan identitasnya sebagai pribadi yang ingin menghadirkan sukacita, keheningan, dan perdamaian di tengah umat.

Tiga calon diakon OSA ini datang dari latar belakang, pengalaman, dan pergulatan spiritual yang berbeda. Namun satu hal menyatukan mereka: kerinduan untuk mengabdi Allah melalui pelayanan bagi Gereja dan sesama. Dalam semangat Santo Agustinus, mereka menegaskan bahwa hati manusia hanya menemukan ketenangan sejatinya ketika beristirahat dalam Tuhan.

Semoga langkah panggilan mereka diberkati dan kehadiran mereka kelak menjadi rahmat bagi Gereja, bagi umat, dan bagi dunia.