Renungan Harian: Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit

2

Renungan Harian, 6 Desember 2025
Bacaan I: Yes 30:19-21.23-26
Injil: Mat 9:35–10:1.6-8

“Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.” (Mat 9:37)

Kita semua pasti menyadari bahwa sampai hari ini Gereja masih kekurangan tenaga pelayan. Di banyak tempat, umat mengeluh karena sulitnya mendapatkan imam atau katekis yang bisa melayani secara terus-menerus. Ada stasi yang jarang mendapat Misa, ada umat yang lama menunggu pelayanan sakramen, dan ada karya pastoral yang tidak berjalan karena kurangnya tenaga. Kekurangan ini bukan hanya masalah organisasi Gereja, tetapi juga seruan bagi kita semua untuk merenungkan kembali panggilan dan keterlibatan kita dalam karya keselamatan.

Dalam Injil hari ini, Yesus melihat orang banyak yang “lelah dan terlantar seperti domba tanpa gembala.” Ia tergerak oleh belas kasihan, dan dari belas kasih itu lahirlah sebuah ajakan: “Mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” (Mat 9:38). Yesus mengajak kita pertama-tama untuk berdoa, karena panggilan adalah karya Allah sebelum menjadi jawaban manusia.

Namun Yesus tidak berhenti pada ajakan berdoa. Ia lalu mengutus para murid-Nya, memberikan mereka kuasa untuk menyembuhkan, memulihkan, membebaskan, dan menghadirkan Kerajaan Allah. Para murid tidak hanya diminta melihat kebutuhan, tetapi turun tangan menghadirkan jawaban. Mereka diutus bukan karena mereka sempurna, melainkan karena mereka bersedia menjadi perpanjangan tangan Tuhan.

Di sinilah kita diingatkan: melalui baptisan, kita semua pun diutus. Tidak semua dipanggil menjadi imam, biarawan atau biarawati, tetapi semua dipanggil untuk melayani sesuai talenta masing-masing. Ada yang melayani sebagai lektor, prodiakon, katekis, pelayan kaum muda, pendamping keluarga, penggerak sosial, atau sekadar hadir menguatkan sesama. Ketika semakin banyak umat terlibat, karya pelayanan Gereja akan semakin hidup. Ketika semakin banyak hati terbuka untuk peduli, semakin banyak orang yang merasakan kasih Tuhan.

Adven adalah masa penantian, tetapi juga masa kesiapsiagaan. Tuhan bukan hanya mengajak kita menantikan kedatangan-Nya, tetapi juga mengajak kita menjadi perpanjangan tangan-Nya dalam pelayanan sehari-hari.

Marilah kita: Berdoa bagi panggilan khusus dalam Gereja: imam, biarawan-biarawati, dan pelayan pastoral. Merenungkan kembali tugas perutusan kita sebagai orang yang dibaptis. Membuka hati untuk terlibat, meski sederhana, demi menghadirkan kasih Tuhan bagi sesama.

Semoga kita semakin rela memberi diri, semakin setia dalam pelayanan, dan semakin menjadi jawaban atas doa Gereja.

Tuhan memberkati. Ave Maria!