Renungan Harian – 17 November 2025
Peringatan Wajib Santa Elisabeth dari Hungaria, Biarawati
Bacaan I: 1Mak 1:10-15.41-43.54-57.62-64
Bacaan Injil: Luk 18:35-43
“Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau!” (Luk 18:42)
Iman sejati selalu membuka jalan bagi rahmat Tuhan. Ketika hati kita percaya dan berserah, Tuhan sendiri yang memberikan pencerahan, sehingga kita mampu melihat begitu banyak karya-Nya yang indah di dalam hidup.
Injil hari ini menampilkan kisah seorang buta di dekat Yerikho—Bartimeus—yang hanya mengandalkan telinga untuk mengenali bahwa Yesus sedang lewat. Begitu mendengar kabar itu, ia langsung berteriak: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!”
Walaupun dimarahi dan disuruh diam, ia tidak menyerah. Suaranya justru semakin keras. Hal ini menunjukkan bahwa meski matanya buta, imannya begitu terang. Ia memiliki kejernihan rohani untuk melihat siapa Yesus: Sang Penyembuh, Sang Pembebas, Sang Allah yang penuh belas kasih.
Dan benar — teriakan iman itu didengar. Yesus menghentikan langkah, memanggilnya, dan memberikan kesembuhan sambil berkata:
<span;>“Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau!”
Bartimeus mengajarkan bahwa iman bukan hanya tahu bahwa Tuhan mampu menolong, tetapi yakin bahwa Tuhan pasti melakukan yang terbaik. Iman sejati selalu ditandai dengan ketekunan, kerendahan hati, dan pantang menyerah—meskipun keadaan terlihat gelap.
Kita pun sering menghadapi “kebutaan” kita sendiri: buta melihat kebaikan Tuhan karena terlalu fokus pada masalah, buta melihat kasih sesama karena hati dipenuhi kekecewaan, buta melihat harapan karena hidup terasa berat.
Namun Tuhan tidak tinggal diam. Ia selalu lewat dalam hidup kita—dalam firman, sakramen, doa, bahkan melalui sesama. Pertanyaannya: apakah kita berani berseru dan mencari Dia dengan gigih?
Dalam bacaan pertama, bangsa Israel digoncang oleh penyesatan dan tekanan untuk meninggalkan iman. Namun sebagian tetap setia dan tidak mau dikotori oleh praktek-praktek yang menyesatkan..
Kita pun perlu berdoa agar Tuhan memurnikan pandangan batin kita—agar kita mampu: melihat kebaikan yang disediakan Tuhan, melihat kasih yang sering hadir dalam bentuk sederhana, melihat rencana-Nya yang indah meski sementara tersembunyi, melihat kesempatan untuk menjadi berkat bagi sesama.
Santa Elisabeth dari Hungaria, yang kita peringati hari ini, adalah teladan iman yang diwujudkan dalam kasih konkret. Ia melihat Yesus dalam diri kaum miskin, sakit, dan tersisih. Dari kedekatannya dengan Tuhan, lahirlah keberanian dan kemurahan hati.
Demikian juga, semakin kita dekat dengan Tuhan, semakin mata kita terbuka untuk melihat kebutuhan sesama dan menghadirkan kasih-Nya di tengah dunia.
Tuhan memberkati dan Ave Maria!





