SORONG, KOMSOSKMS.ORG – Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) I Provinsi Papua Barat Daya memasuki hari kedua pelaksanaan pada Sabtu (8/11/2025). Sejak pagi, suasana di Gedung Lux Oriente, kompleks Gereja Katedral Kristus Raja Kota Sorong, sudah ramai oleh peserta dari berbagai kabupaten dan kota.

Sebanyak 13 kategori lomba digelar pada hari kedua ini, mencakup bernyanyi mazmur, bertutur Kitab Suci, paduan suara, hingga cerdas cermat rohani (CCR). Sejak pukul 09.00 WIT, para peserta berdatangan dengan penuh semangat dan sukacita, menandai semangat iman dan kebersamaan umat Katolik di Papua Barat Daya.
Suara Iman dari Mazmur hingga Kitab Suci
Rangkaian lomba dibuka dengan kategori bernyanyi mazmur anak-anak, diikuti oleh kontingen dari Kota Sorong, Kabupaten Sorong, Sorong Selatan, Raja Ampat, dan Maybrat. Sementara Kabupaten Tambrauw tidak turut serta dalam kategori ini. Suara merdu anak-anak membuka hari dengan lantunan mazmur yang penuh iman dan sukacita, menggema di seluruh ruangan Gedung Lux Ex Oriente.

Selanjutnya, tampil peserta kategori remaja dan Orang Muda Katolik (OMK) dari seluruh kabupaten/kota se-Papua Barat Daya. Adapun kategori dewasa diikuti oleh lima peserta dari Kota Sorong, Kabupaten Sorong, Sorong Selatan, Raja Ampat, dan Tambrauw.
Usai lomba mazmur, suasana berlanjut dengan lomba bertutur Kitab Suci. Enam peserta anak-anak dari berbagai kabupaten/kota tampil penuh percaya diri membawakan kisah Kitab Suci tanpa teks. Mereka menuturkan Sabda Allah dengan ekspresi dan penghayatan yang beragam—ada yang tampil lugas dan tenang, ada pula yang berapi-api dan menyentuh hati. Di akhir penampilan, setiap peserta menyampaikan pesan iman dan refleksi rohani dari kisah Kitab Suci yang mereka bawakan.

Pesparani: Ajang Iman, Persaudaraan, dan Kaderisasi
Ketua LP3KN, Muliawan Margadana, dalam sambutannya menegaskan bahwa Pesparani bukan sekadar perlombaan, melainkan perayaan iman dan persaudaraan umat Katolik Indonesia.
“Pesparani ini adalah momen pengayaan iman dan persaudaraan kita. Lembaga LP3KN dan LP3KD menjadi jembatan strategis antara pemerintah, hirarki Gereja, dan kaum awam. Ini adalah organisasi Katolik terbesar di republik ini yang mempersatukan umat Katolik dalam semangat iman dan kebangsaan,” ujarnya.

Muliawan juga mengapresiasi LP3KD Papua Barat Daya, yang dinilainya sebagai salah satu lembaga daerah yang aktif dan berhasil menyelenggarakan Pesparani tingkat provinsi dengan baik.
“Kita melihat forum ini juga sebagai wadah kaderisasi iman. Anak-anak dan kaum muda dilatih untuk mengembangkan talenta dan spiritualitas, bukan hanya untuk Gereja, tetapi juga untuk bangsa dan negara,” tambahnya.

Dewan Juri: “Pesparani Jangan Berhenti di Panggung”
Dalam arahannya, perwakilan Dewan Juri mengajak seluruh peserta agar memaknai Pesparani lebih dari sekadar kompetisi.
“Hari ini kita merayakan iman melalui talenta yang Tuhan anugerahkan. Pesparani adalah gerakan yang terus-menerus meningkatkan kualitas musik liturgi dan pujian kita kepada Allah,” ujar salah satu juri.
Ia menegaskan bahwa prinsip musik liturgi yang baik harus mencerminkan nilai Bonum (baik), Verum (benar), Pulchrum (indah), Divinum (ilahi), dan Fructum (berbuah).
“Pesparani tidak boleh berhenti di panggung ini saja. Hendaknya ia hidup di tengah umat, dalam perayaan Ekaristi dan kehidupan menggereja. Apa yang Anda tampilkan di depan, hiduplah juga di paroki masing-masing,” pesan Dewan Juri menutup arahannya.

Hari kedua Pesparani Papua Barat Daya ini tidak hanya menjadi ajang unjuk kemampuan seni dan liturgi, tetapi juga perayaan iman dan kebersamaan Gereja Katolik yang hidup, dinamis, dan penuh harapan.
Acara Pesparani I Provinsi Papua Barat Daya akan ditutup pada hari Minggu, 9 November 2025.





