Renungan Harian – Sabtu, 8 November 2025
Bacaan I: Roma 15:14–21
Bacaan Injil: Lukas 16:1–8
Hidup di zaman ini menuntut kita untuk semakin bijak dalam bersikap. Dunia menawarkan begitu banyak hal yang mempesona dan menggairahkan—kenyamanan, kekuasaan, kekayaan, dan kemuliaan yang tampak menggoda. Namun, di balik semua itu tersimpan jebakan yang dapat menawan hati manusia dan menjauhkan kita dari Allah. Karena itu, bijaklah dalam menyikapi setiap tawaran dunia. Jangan sampai kita terperangkap di dalamnya.
Santo Paulus dalam bacaan pertama menampilkan teladan luar biasa tentang hidup yang terarah kepada Allah. Ia tidak membiarkan dirinya tenggelam dalam urusan duniawi, melainkan mempersembahkan seluruh hidupnya untuk pewartaan Injil. Ia merasa bangga boleh menjadi alat Tuhan bagi bangsa-bangsa yang belum mengenal Kristus. Semangatnya lahir dari kesadaran bahwa hidup ini bukan tentang mencari kehormatan dunia, tetapi tentang memuliakan Tuhan melalui pelayanan.
Injil hari ini menampilkan sosok bendahara yang cerdik. Walau ia dikenal tidak jujur dan akan dipecat, namun tuannya tetap memuji kecerdikannya. Mengapa? Karena ia mampu membaca situasi dan segera mengambil tindakan untuk menjamin masa depannya. Ia tahu apa yang harus dilakukan agar hidupnya tidak berakhir dalam penderitaan. Dalam konteks duniawi, sikap itu disebut “cerdik”—yakni pandai mengerti situasi dan menemukan jalan keluar yang tepat.
Yesus menggunakan kisah ini untuk menegur dan menyadarkan kita. Jika dalam urusan duniawi saja orang bisa begitu cerdik dan sigap untuk menjamin keselamatannya, mengapa dalam hal rohani kita sering kali lalai dan lamban? Yesus mengajak kita untuk memiliki “kecerdikan rohani”—yakni kebijaksanaan untuk menata hidup agar berujung pada keselamatan kekal. Hidup rohani juga perlu direncanakan, diusahakan, dan diperjuangkan dengan sungguh-sungguh, bukan dijalani sekadar rutinitas.
Kita dipanggil untuk cerdik dalam mengatur prioritas hidup: berani menolak hal-hal yang menyesatkan, pandai memilih yang benar, dan bijak dalam menggunakan waktu, talenta, serta harta demi kemuliaan Tuhan. Seperti Paulus, semoga kita pun berani mempersembahkan hidup bagi karya Allah, bukan diperbudak oleh hal-hal fana.
Tuhan memberkati dan Ave Maria!





