Rosario: Untaian Doa Sederhana Tapi Menyelami Misteri Kristus secara Mendalam

114
ILUSTRASI

Oleh: RD. Renold Aleksander Laike

Pada tanggal 7 Oktober 1571, terjadi sebuah pertempuran epik yang menjadi tantangan bagi Kekristenan Barat. Pertempuran Lepanto, begitu sebutannya, menentukan nasib kerajaan-kerajaan Eropa, bukan hanya secara politis, melainkan juga mengancam keberadaan Gereja. Pasalnya, armada Liga Suci Eropa berhadapan dengan Angkatan Laut Kekaisaran Ottoman, yang dikenal menakutkan dan hebat. Mukjizatpun terjadi. Kemenangan pada hari itu, meski tidak memiliki dampak signifikan secara politis, dipandang sebagai sebuah pengalaman rohani. Kemenangan armada Liga Suci dipandang sebagai mukjizat doa Rosario, yang diserukan oleh Paus Pius V kepada seluruh umat Katolik di Eropa. Hari kemenangan tersebut ditetapkan sebagai Pesta Santa Perawan Maria Ratu Rosario. Inilah awal Oktober ditetapkan sebagai Bulan Rosario.

Apa itu Doa Rosario?

Secara etimologis, kata Rosario berasal dari bahasa Latin, Rosarium, yang berarti taman atau karangan bunga mawar. Kata rosa sendiri berarti mawar. Dalam praktik devosi Abad Pertengahan, bunga mawar sering dipersembahkan kepada Bunda Maria sebagai lambang cinta, keindahan, dan penghormatan. Oleh karena itu, doa Rosario dipandang sebagai karangan bunga doa yang ditujukan untuk memohon bantuan doa dari Sang Penolong Abadi, Bunda Maria.

Doa Rosario bersumber pada doa-doa utama Gereja, yang berakar pada Kitab Suci, yaitu doa Bapa Kami (bdk. Mat. 6:9-13) dan Salam Maria (bdk. Luk. 1:28; 1:42). Awal mula doa Rosario berasal dari tradisi monastik. Sekitar abad III-IV, para rahib (pertapa) di Mesir dan Siria mendaraskan 150 Mazmur Daud secara berulang-ulang. Kaum Awam yang tidak menghafal Kitab Mazmur biasa menggantikannya dengan 150 kali doa Bapa Kami. Pada Abad Pertengahan, umat Katolik menggunakan untaian biji atau manik-manik untuk menghitung doa Bapa Kami. Inilah cikal bakal Rosario sebagai alat bantu doa.

Sekitar abad XII, umat Katolik terbiasa mendaraskan doa Salam Maria. Pada abad XVI, bentuk rosario menjadi semakin jelas, yaitu 150 Salam Maria yang terbagi dalam 15 Misteri (lima perbagian: Gembira, Sedih, dan Mulia). Paus Pius V secara resmi menetapkan Doa Rosario dalam bentuk yang kita kenal sekarang ini. Pada tahun 2002, Paus Santo Yohanes Paulus II menambahkan Peristiwa Terang.

Rosario: Meditasi dan Kontemplasi

Ketika berdoa Rosario, kita melakukan dua latihan rohani yang dikenal dengan “meditasi dan kontemplasi.” Dalam meditasi, kita diajak untuk berpikir dan mengolah peristiwa-peristiwa hidup Yesus secara mendalam. Salah satu teknik dalam bermeditasi adalah repetisi untuk mencapai fokus dan ketenangan batin. Repetisi berarti melakukan sesuatu secara berulang-ulang kali dan teratur. Hal tersebut tentu dilakukan ketika kita mendaraskan doa Bapa Kami, Salam Maria, Kemuliaan, “Terpujilah”, dan “Ya Yesus yang Baik” secara berulang kali dan teratur sesuai dengan butir Rosario. Tujuannya agar ketika mencapai ketenangan, kita mampu mendengarkan kehendak Allah dengan menyelami Misteri Kristus. Dengan berdoa Rosario, kita memaknai pengalaman hidup masing-masing dalam seluruh pengalaman hidup dan karya Yesus Kristus.

Di samping itu, kontemplasi merupakan suatu bentuk latihan rohani yang menggunakan bantuan pancaindera manusiawi untuk melihat, merasakan, mendengar, mencium, dan menghidupi peristiwa Kristus, serta kita sungguh menjadi bagian dari pengalaman tersebut. Misalnya, kontemplasi akan peristiwa wafat Kristus, kita diajak juga merasakan secara nyata situasi dan suasananya. Mata kita memandang Kristus yang tersalib. Kulit kita merasakan suasana udara saat itu. Kita mendengar tangisan ataupun kata-kata yang terlontar. Hal tersebut membawa kita pada kesatuan dengan Misteri Kristus. Perlu diingat bahwa kontemplasi sama sekali berbeda dengan halusinasi dan mimpi, karena dilakukan dengan rasio dan kesadaran. Ketika berdoa Rosario, kita hadir sepenuhnya dalam seluruh hidup dan misteri Kristus.

Dari situ kita dapat melihat betapa dahsyatnya doa Rosario. Kelihatannya sederhana karena hanya mengulang doa hafalan sesuai dengan butir Rosario. Namun, doa Rosario menyelami Misteri Kristus, yaitu hidup, wafat, dan kebangkitan-Nya, dengan sangat mendalam. Kita pasti menyadari bahwa ketika berdoa Rosario, suasana menjadi hening dan syahdu. Suasana tersebut mendorong diri dan batin kita untuk memahami kehendak Allah.

Penutup

Doa Rosario mengungkapkan suatu kesederhanaan hidup namun memiliki makna yang kaya. Pengalaman rohani ditemukan melalui peristiwa-peristiwa hidup sehari-hari. Dalam terang iman, Tuhan menyapa umat-Nya dan menyalurkan berkat-Nya melalui pengalaman-pengalaman yang mungkin tidak terduga sebelumnya. Umat Beriman memohon bantuan doa Bunda Maria dalam Rosario untuk menghadapi segala pergumulan dan tantangan.

Rosario adalah buah iman Gereja, yang berkembang sebagaimana Umat Beriman selalu berkembang. Di dalamnya terkandung kekayaan rohani Gereja di sepanjang zaman. Dengan demikian, kita mesti mencintai Rosario dan berbuah dalam relasi dengan Allah, sesama, dan alam ciptaan. Selamat berdevosi di bulan Rosario ini.