Renungan Harian, 30 September 2025
Bacaan Injil: Lukas 9:51-56
Membalas kejahatan dengan kebaikan tentu bukan hal yang mudah. Begitu juga memaafkan dan mencintai orang yang pernah menyakiti hati kita. Namun, inilah jalan yang Yesus ajarkan: jalan pengampunan dan kasih, bukan dendam dan amarah.
Dalam bacaan Injil hari ini, kita melihat bagaimana Yesus ditolak oleh orang-orang Samaria ketika hendak melintasi daerah mereka. Reaksi Yakobus dan Yohanes menunjukkan sikap manusia pada umumnya: marah, tersinggung, dan ingin membalas. Mereka berkata, “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” (Luk 9:54). Namun Yesus segera menegur mereka, sebab sikap seperti itu tidak sejalan dengan kehendak Allah.
Sikap kedua murid ini mencerminkan diri kita. Ketika disakiti, dihina, atau diperlakukan tidak adil, reaksi spontan kita adalah membalas dengan cara yang sama. Kita percaya bahwa kejahatan harus dibalas dengan kejahatan, amarah dengan amarah. Namun Yesus justru mengajarkan sebaliknya: mengampuni, mengasihi, bahkan mendoakan orang yang menyakiti kita.
Menyimpan amarah dan dendam tidak pernah mendatangkan ketenangan. Justru hati kita akan semakin gelisah dan hidup terasa semakin berat. Tetapi saat kita belajar untuk melepaskan pengampunan, mendoakan mereka yang menyakiti kita, dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan, hati kita menjadi lebih ringan, lebih damai, dan lebih bebas.
Yesus menunjukkan bahwa kekuatan kasih jauh lebih besar daripada kekerasan. Mengampuni bukanlah kelemahan, melainkan tanda keberanian iman. Dengan mengampuni, kita membuka ruang bagi damai Tuhan bersemi dalam hati, dan hidup kita pun semakin berbuah dalam kasih.
Marilah kita belajar setiap hari untuk menapaki jalan kasih ini, meski tidak mudah. Semoga kita semakin kaya dengan pengampunan, berlimpah dalam kasih, dan menjadi saksi damai Kristus di tengah dunia.
Tuhan memberkati. Ave Maria.