Renungan Harian: Kita Dipanggil Untuk Melayani, Sesuai Keadaan Hidup Kita

134
ILUSTRASI

Renungan Harian – Jumat, 19 September 2025
Bacaan Injil: Luk 8:1-3

Dalam bacaan Injil hari ini kita melihat Yesus berkeliling dari satu kota ke kota lain, dari satu desa ke desa lain, mewartakan Kabar Baik. Tidak hanya para rasul yang mendampingi-Nya, tetapi juga sejumlah perempuan yang pernah disembuhkan dan ditolong oleh Yesus. Mereka ikut ambil bagian dalam karya pelayanan dengan cara mereka sendiri. Mereka mendukung Yesus secara konkret, dengan harta dan tenaga yang mereka miliki.

Perempuan-perempuan itu adalah pribadi-pribadi yang pernah mengalami sentuhan kasih Allah secara pribadi. Mereka mengalami pembebasan, pengampunan, dan pemulihan. Pengalaman kasih itu membuat mereka tergerak untuk memberi kembali, mendukung karya Yesus agar lebih banyak orang mengalami keselamatan yang sama.

Hidup kita pun tidak jauh berbeda. Setiap hari kita menerima kasih Tuhan: kita dijaga, dipelihara, diberi kesehatan, diberi kesempatan bekerja, diberi keluarga, diberi rezeki. Bahkan di tengah kesulitan, Tuhan tetap memberi penghiburan dan kekuatan. Namun pertanyaannya, sudahkah kita merespons kasih itu dengan pelayanan nyata?

Pelayanan bukan hanya milik imam, biarawan-biarawati, atau aktivis Gereja. Kita pun dipanggil untuk melayani, sesuai keadaan hidup kita.

Orang tua bisa melayani dengan penuh kasih merawat anak-anaknya, mendidik mereka dalam iman.

Para pelajar dan mahasiswa bisa melayani dengan belajar dengan rajin dan membantu teman yang kesulitan.

Para pekerja bisa melayani dengan bekerja jujur, tidak korupsi, dan memperlakukan rekan kerja dengan hormat.

Kita semua bisa melayani dengan berbagi rezeki, waktu, dan perhatian bagi mereka yang kesepian, sakit, atau berkekurangan.

Pelayanan bukan hanya soal uang, tetapi soal hati yang mau hadir bagi sesama. Semakin kita merasakan kebaikan Tuhan, semakin kita dipanggil untuk mewartakan kasih itu dalam tindakan nyata.

Hari ini kita diajak untuk berani membuat langkah konkret. Mungkin dengan menyapa tetangga yang lama tidak kita perhatikan, membantu teman yang sedang susah, ikut aktif dalam kegiatan lingkungan atau paroki, atau sekadar mendengarkan curhat orang yang terluka. Semua itu menjadi persembahan kita untuk Tuhan.

Mari kita mohon rahmat agar hati kita selalu peka terhadap kebaikan Tuhan, dan supaya syukur kita tidak berhenti hanya di bibir, tetapi terwujud dalam pelayanan. Semoga setiap karya kecil kita hari ini menjadi jalan agar kasih Tuhan semakin nyata di dunia.

Tuhan memberkati. Ave Maria!