Renungan Harian: Mengasihi Tanpa Batas

149

Renungan Harian – Kamis, 11 September 2025
Bacaan Injil: Lukas 6:27-38

Kita hidup di zaman yang penuh dengan polarisasi, kebencian, dan saling menjatuhkan. Media sosial, yang seharusnya menjadi sarana komunikasi, justru sering menjadi ladang pertengkaran. Tidak sedikit orang dengan mudah melempar hujatan, menyebar hoaks, bahkan menyerang pribadi orang lain tanpa rasa bersalah. Dalam kehidupan sehari-hari pun, kita kerap melihat orang tega menyingkirkan sesamanya demi kepentingan pribadi.

Di tengah realitas seperti ini, Injil hari ini terasa sangat menantang: “Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu” (Luk 6:27-28).

Yesus mengajak kita untuk tidak terjebak dalam lingkaran kebencian. Balas dendam hanya akan memperpanjang rantai kekerasan, tetapi kasih mampu memutus rantai itu. Mengasihi musuh bukan berarti membenarkan perbuatannya, melainkan menolak membiarkan hati kita dikuasai oleh kebencian. Mengasihi musuh berarti kita berani mendoakan dia, berharap kebaikan baginya, dan membuka pintu pertobatan baginya.

Yesus sendiri memberi teladan. Saat disalibkan, Ia tidak mengutuk orang yang menyalibkan-Nya, tetapi justru berdoa: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk 23:34). Kasih yang seperti inilah yang kita dipanggil untuk hidupi.

Dunia kita sangat membutuhkan saksi kasih yang nyata. Bayangkan, jika kita mampu membalas kebencian dengan doa, mematahkan hinaan dengan senyum, dan mengganti dendam dengan sikap murah hati, betapa banyak hati yang bisa disembuhkan. Kasih yang tulus adalah obat bagi luka dunia yang sedang rapuh.

Yesus menutup ajaran-Nya hari ini dengan sebuah undangan indah: “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati” (Luk 6:36). Murah hati berarti tidak pelit dalam memberi maaf, tidak pelit dalam berbagi, dan tidak pelit dalam berdoa bagi orang lain, termasuk bagi mereka yang menyakiti kita.

Mari hari ini kita mencoba langkah kecil: berdoa untuk satu orang yang pernah melukai hati kita. Mungkin berat, tapi dari situlah kasih sejati mulai bertumbuh.

Selamat mengasihi tanpa batas.
Tuhan memberkati. Ave Maria.