JAKARTA, KOMSOSKMS.ORG — Komisi Komunikasi Sosial (KOMSOS) Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) menggelar Rapat Pleno di Jakarta, Jumat (22/8/2025), yang akan berlangsung hingga 25 Agustus 2025. Pertemuan tiga tahunan ini dihadiri para ketua Komisi Komsos dari seluruh keuskupan di Indonesia dan dibuka dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin Ketua Komsos KWI, Mgr. Kornelius Sipayung, OFMCap.

Dalam homilinya, Mgr. Kornelius mengangkat teladan Maria sebagai Bunda dan Ratu yang merangkul semua anaknya. “Komunikasi sejati adalah komunikasi yang membangun jembatan, bukan yang memisahkan. Media Gereja harus menghadirkan wajah yang ramah, penuh belas kasih, bukan yang menghakimi,” tegasnya.
Uskup Agung Medan itu juga menyoroti derasnya arus informasi digital yang dipenuhi hoaks dan ujaran kebencian. Gereja, menurutnya, dipanggil menghadirkan ruang hening yang memberi makna dan mendengarkan suara umat, khususnya mereka yang kerap terabaikan—orang kecil, kaum muda, budaya tersisih, dan bangsa yang terluka. “Media Gereja harus menjadi jendela menuju Kristus, kompas yang menuntun pada terang sejati,” lanjutnya.

Pleno 2025 mengangkat tema “Transformasi Pastoral Komsos Menuju Kemandirian Tata Kelola (5K)”, yang merangkum lima prioritas utama: Kerja sama internal dan eksternal, Keterlibatan orang muda, Kelengkapan organisasi dan tata kelola, Ketersediaan dokumentasi, serta Kemandirian finansial. Tema ini lahir dari refleksi perjalanan Komsos KWI sejak pleno 2022 di Bali yang menegaskan semangat “berjalan bersama” di tengah era disrupsi komunikasi sosial.
Sekretaris Eksekutif Komsos KWI, Romo Steven Lalu, menegaskan pleno bukan sekadar forum kerja, melainkan juga perjumpaan penuh persaudaraan. “Peserta saling berbagi pengalaman, saling memberi inspirasi, sekaligus merumuskan arah strategis pelayanan komunikasi sosial untuk periode 2025–2028,” ujarnya.
Agenda pleno meliputi evaluasi karya tiga tahun terakhir, refleksi tugas perutusan, diskusi kelompok, dan perumusan Rencana Strategis Pastoral Komsos 2025–2028. Sejumlah narasumber, seperti Rm. Thomas Ulun Ismoyo, Ph.D., dan Paulus Tri Agung Kristanto (Kompas), dihadirkan untuk berbagi pengalaman mengenai transformasi tata kelola komunikasi di era digital.

Selain sesi diskusi, kegiatan pleno dikemas dalam suasana persaudaraan dengan doa bersama, rekreasi, dan outing ke beberapa institusi media. Pedoman resmi pleno 2025 menegaskan bahwa Komsos Gereja tidak hanya ditantang mengikuti perkembangan teknologi, tetapi juga menjadi agen transformasi dan komunikator pengharapan.
Mgr. Kornelius menutup homilinya dengan pesan kuat: “Kalau dunia sering memakai media untuk memecah, kita justru harus memakai media untuk mempersatukan. Inilah panggilan Komsos: menjadi jembatan persaudaraan.”
Dengan semangat Maria yang merangkul semua orang, pleno ini diharapkan menghasilkan strategi komunikasi sosial yang profesional, mandiri, dan setia pada misi Gereja: menghadirkan Kristus sebagai terang dan harapan bagi dunia.