Renungan Harian
Jumat, 15 Agustus 2025
Bacaan Injil: Matius 19:3-12
Salah satu kewajiban kita sebagai orang beriman adalah merawat relasi—baik dengan Allah maupun dengan sesama. Relasi yang dirawat dengan setia akan melahirkan harmoni, sebaliknya relasi yang diabaikan akan mudah retak. Dalam Injil hari ini, Yesus menegaskan martabat perkawinan:
“Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia.” (Mat 19:6)
Perkawinan bukan sekadar kesepakatan manusia, melainkan persekutuan cinta yang diberkati Allah. Kuasa kudus-Nya yang mempersatukan suami dan istri menuntut kesetiaan dalam suka dan duka, dalam manis dan getirnya perjalanan hidup. Namun kita tahu, menjaga martabat relasi suami istri tidaklah mudah. Ada banyak “kerikil tajam” yang menguji perjalanan keluarga, banyak godaan yang memunculkan keraguan: Masih perlukah mempertahankan janji pernikahan ini?
Dalam saat-saat krisis, kita diajak meneladani bangsa Israel. Di bawah pimpinan Yosua, bangsa itu diajak untuk terus memperbarui perjanjian mereka dengan Allah. Yosua mengingatkan kasih Allah yang nyata: Dia yang membebaskan umat-Nya dari Mesir, menuntun mereka di padang gurun, dan mengantar masuk ke tanah terjanji. Demikian pula, kasih Allah dalam hidup kita tidak pernah padam. Bahkan ketika kita jatuh dalam dosa, Ia selalu siap mengampuni dan mengangkat kita kembali.
Maka, pengampunan menjadi kunci untuk menjaga keutuhan relasi. Dalam hidup berkeluarga maupun komunitas, membuka pintu pengampunan akan menjaga dan menyalakan kembali api cinta kasih yang mungkin telah redup, bahkan hampir padam. Tanpa pengampunan, luka akan membusuk. Dengan pengampunan, luka bisa disembuhkan, cinta dipulihkan, dan janji setia dikuatkan.
Kiranya kita senantiasa mengingat kasih Allah yang tak pernah meninggalkan kita, dan menjadikan pengampunan sebagai napas cinta dalam setiap relasi.
Tuhan memberkati. Ave Maria!